Sabtu, 27 Desember 2014

REKREASI YANG BERARTI & TAMASYA YANG BERMAKNA

Hefni Zain

Liburan adalah waktu yang selalu dinantikan-nantikan oleh banyak orang, mulai pelajar, mahasiswa hingga orang tua. Terdapat segudang rencana sudah disiapkan untuk menyambutnya. Ada yang ingin tamasya ke tempat wisata, ada yang ingin jalan-jalan bersama keluarga ke puncak atau ke pantai menikmati keindahan pemandangan alam yang nyaman. Ada pula yang ingin bersama teman-temannya keluar kota, luar pulau, luar negeri bahkan mungkin juga ke luar angkasa. Yang penting fun, seru, berkesan dan tak terlupakan. Rasanya tidak afdhal jika hanya tinggal di rumah
Hanya saja, yang harus ditekankan, rekreasi yang baik adalah rekreasi yang membawa arti, tamasya yang baik adalah yang mambawa makna. Sebaiknya ada sesuatu hikmah yang dapat diambil, bukan sekadar liburan dan hiburan, tapi juga menambah pengetahuan dan melatih kemandirian. Masa liburan memang sebaiknya benar-benar dipergunakan untuk liburan yang bermanfaat.
Rekreasi dalam bahasa Arab disebut (siyahah)  yaitu bepergian ke suatu tempat untuk suatu tujuan, bukan untuk berpindah tempat dan bukan untuk melakukan suatu pekerjaan. Rekreasi dengan tujuan bersantai, bersenang­-senang, menikmati indahnya alam, mengetahui tempat-tempat bersejarah dan lain sebagainya adalah dibolehkan asal tidak terdapat kemungkaran(Qs. Muhammad : 10, al-Ankabut  :20, al-Mulk :15, dan an-Nur :122)
Liburan yang bermanfaat pada hakikatnya sangat beragam. Bagi sebagian orang, liburan tidak selalu dihabiskan dengan berburu kesenangan. Banyak kegiatan lain yang layak dipilih mesti tidak populer. Tapi justru punya nilai lebih dibanding sekadar having fun. Liburan sebenarnya bisa dijadikan sarana untuk mengembangkan diri. Waktu luang yang begitu banyak akan lebih baik jika dilalui dengan aktivitas yang bermanfaat. misalnya: Mengikuti paket-paket kajian keislaman, paket bahasa asing, mempelajari keahlian baru, kursus menyetir, menjadi peserta out bound, menulis atau bersilaturrahmi. Atau di rumah saja, tetapi dalam keadaan membuat program “liburan” sendiri seperti berbenah rumah, berkebun, dll. Intinya upayakan agar anak selalu memiliki keahlian baru setelah liburan.
Mengisi liburan dengan jalan-jalan atau wisata tentu boleh-boleh saja dan tidak dilarang selama tidak melanggar aturan syara, tidak ada anjaman keselamatan dan tidak ada problem pada situasi alam dan situasi sosial, misalnya musim longsor, rawan banjir, rawan bom dan semacamnya yang mengancam dan membahayakan perjalanannya. Kecuali itu tidak ada ruginya  jika anak didorong untuk melakukan kegiatan yang punya nilai lebih, sekaligus mengajari mereka agar pandai menghargai waktu luang. Rasulullah saw telah mengingatkan kita melalui sabdanya: “Dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai untuk memanfaatkannya dengan sebaik mungkin adalah kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)
Sejatinya terdapat banyak manfaat yang di dapat dari rekreasi, tamasya dan wisata apalagi ke alam terbuka, antara lain : dapat mempertebal keimanan, meningkatkan tafakur dalam merenung­i ciptaan Allah akan alam semesta (Qs.Ali-Imran:190-191), memperluas ta’aruf (Qs.Al-Hujurat:13), dapat mengambil ibrah dari rekreasi yang dilakukan, menyehatkan tubuh, menyegarkan, membugarkan dan merefreshing otak setelah sekian lama bergelut dalam kesibukan rutinitas.
Bila tamasya diniati seperti diatas, maka sangat dianjurka, baik oleh agama maupun oleh kesehatan. Tetapi bila sekedar mementingkan gaya hidup, prestise dan gengsi, dimana hakikat dan makna kehidupan yang sesungguhnya menjadi hilang, maka hal itulah yang perlu ditinjau ulang.
Kebutuhan untuk beristirahat, menyegarkan pikiran dan tubuh sejenak dari rutinitas sehari-hari melalaui wisata alam, wisata bahari, wisata religi, wisata kuliner memang kebutuhan yang cukup penting, ia bersifat melengkapi kebutuhan dasar, tetapi harus diadaptasikan dengan kesiapan budget yang direncanakan agar tidak memaksakan diri, sehingga dapat menyebabkan kedzaliman terhadap diri sendiri dan orang lain. Berlibur juga harus sesuai dengan ajaran agama Islam, yaitu tidak mendekat kepada perbuatan yang dilarang dalam Islam
Pada dasarnya berlibur adalah menyisihkan waktu dengan melaksanakan kegiatan yang dapat menyegarkan pikiran dan tubuhnya, atau menggunakan waktu dengan bersantai, terbebas dari rutinitas keseharian, namun tetap bernilai ibadah dan bermanfaat. Rasulullah saw telah memperingatkan agar bersikap seimbang dan tidak memberatkan diri sendiri, sabda beliau : “ Sesungguhnya agama ini mudah. Tiada orang yang memberatkan diri dalam urusan agama, kecuali ia akan dikalahkan. Maka mudahkanlah, mendekatlah, bergembiralah, dan gunakan sebaik mungkin waktu pagi, waktu sore dan sebagian waktu malam kalian (untuk memperbanyak kebaikan).” HR. Bukhari.
Salah satu bentuk liburan yang biasa dilakukan adalah dengan berwisata atau melakukan perjalanan keluar kota atau ke luar negeri. Hal ini tidak dilarang selama niat dan tujuannya adalah untuk mengambil pelajaran dan maslahah dalam merenungi keindahan ciptaan Allah swt dan menikmati indahnya alam sebagai pendorong jiwa manusia untuk menguatkan keimanan terhadap keesaan dan kekuasaan Allah swt dan memotivasi semangat menunaikan kewajiban hidup, baik itu beribadah maupun bekerja. Allah swt berfirman: “Katakanlah: ‘Berjalanlah di muka bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. Al-Ankabut: 20)
Sebenarnya masa liburan merupakan nikmat waktu luang. Setiap muslim harus menyadari hal ini, sehingga waktu liburan harus digunakan sebaik mungkin. Rasulullah saw telah memperingatkan, betapa banyak manusia yang terlalaikan dari nikmat waktu luang ini, dan hanya menuai kerugian belaka. Beliau bersabda,: “Ada dua nikmat yang kebanyakan orang tertipu darinya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari).
Oleh karena itu setiap muslim sebaiknya memanfaatkan waktu liburan dengan  hal-hal yang bisa membawa manfaat, berkah dan bisa memberikan maslahah di dunia dan di akhirat. Rasulullah saw sendiri sebenarnya telah mencontohkan bagaimana sebaiknya umat muslim melakukan libur untuk menyegarkan tubuh dan pikiran, Liburan rutin yang dianjurkan adalah yang menyejukkan dan menguatkan jiwa.
Dengan begitu, rekreasi, selain didorong oleh rasa keingin tahuan, hendaknya juga didorong oleh kebutuhan pendidikan, keagamaan, kesehatan, kebudayaan dan kesenian, dan kepentingan hubungan keluarga. Hasil research para dokter di California menyebutkan manfaat liburan bagi kesehatan, adalah sebagai berikut :
1.  Hidup lebih lama
Penelitian yang dilakukan terhadap 749 wanita yang berumur 45-64 tahun di Amerika menunjukkan baik ibu rumah tangga maupun wanita kerja yang mengambil liburan memiliki peningkatan signifikan dalam penurunan serangan jantung. Ibu rumah tangga yang mengambil liburan sekali dalam enam tahun atau kurang memiliki hampir dua kali resiko timbulnya serangan jantung dibanding yang berlibur dua atau lebih per tahun.
2.  Menjaga sel otak
James Sands dari South Coast Institute for Applied Gerontology  meneliti 112 wanita yang berumur 65-80 dan menemukan ada hubungan antara rutinitas hidup yang banyak dengan menurunnya fungsi intelektual.
3.  Meningkatkan kepuasan hidup
Linda Hoopes dan John Lounsbury, peneliti Departemen Psikologi Universitas Tennessee mensurvey 128 pegawai sebelum dan sesudah liburan. Mereka menemukan ada suatu peningkatan dalam kepuasan hidup setelah liburan.
4.  Menurunkan ketegangan
Stress eksternal dan kegiatan kehidupan baik di tempat kerja atau rumah dapat membuat seseorang merasa gembira atau stress. Gejala-gejalanya termasuk perasaan lelah, tidak memiliki dorongan, tidak tertarik melakukan sesuatu, tidak antusias dan bahkan perasaan takut. Peneliti dari Departemen Psikologi Universitas Tel Aviv. Mina Westman dan Dove Eden menemukan perasaan tertekan dalam 76 pegawai menurun signifikan selama liburan.
5.  Memperbaiki kehidupan keluarga
Dilaporkan dalam An experiment in leisure (Science Journal, 1986), W.J. Kaiser menganalisa respon dari 390 pegawai pabrik baja yang melakukan liburan selama 13 minggu. Ia menemukan liburan ternyata dapat memberikan keuntungan bagi kehidupan keluarga. Para pekerja dilaporkan lebih tertarik dan berbagi kegiatan dengan pasangan dan anak-anak mereka.
Ada sesuatu yang mengandung unsur-unsur pengobatan keluar dari rutinitas sehari-hari dan menikmati lingkungan berbeda. Setiap liburan memiliki manfaat unik. Bahkan bagi beberapa orang paket liburan satu minggu yang diatur dapat memiliki keuntungan tahan lama. Kadang-kadang suatu perjalanan adalah suatu eksplorasi perjuangan dan orang merubah cara mereka memandang diri dan keadaan sulit mereka di rumah.
Al-Qur’an menegaskan “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.  Ayat ini menegaskan bahwa yang terpenting dari wisata, rekreasi, tamasya dan berlibur adalah agar yang bersangkutan memperoleh manfaat dari apa yang disaksikan dan dipelajari di tempat-tempat yang telah dikunjungi, yang dengan semua itu tujuan akhirnya adalah mengembalikan rasa kebahagiaan yang tergerus oleh pakem rutinitas.

Nah jika esensi tujuan akhir dari rekreasi, tamasya dan berlibur adalah mendapat dan mengembalikan kebahagiaan, maka persoalannya bukan lagi suasana, keadaan dan tempat berlibur itu, bukan lagi kemana dan dimana berliburnya, melainkan bersama siapa kita saat itu. Anda berada di gubuk reot di tengah hutan tetapi bersama orang yang anda cintai, maka akan terasa sorga. Sebaliknya anda berada di hotel lantai 99 bertahtakan pualan, tetapi bersama orang yang anda benci, maka akan terasa neraka. Jadi kebahagiaan anda sejatinya tidak ditentukan oleh susana dan tempat, melainkan ditentukan oleh siapa yang bersama anda. Itulah sebabnya Rabiah al-Adawiyah berucap, saya tidak peduli apakah saya di sorga atau ndi eraka, yang penting cinta Allah selalu bersama dan menyertai saya #

Tidak ada komentar:

Posting Komentar