Senin, 22 Desember 2014

HABIT IS POWER

Hefni Zain

Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. 
Karena itu, keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebuah kebiasaan." -Aristoteles,


Banyak orang mengeluhkan sesuatu sebelum mencoba, ada juga yg sekali mencoba tapi belum berhasil dan akhirnya mengeluh. Padahal sebagaimana kata Brian Tracy, "Orang sukses adalah mereka yang memiliki kebiasaan sukses. Aktivitas yang terus dikerjakan manusia dengan telaten dan penuh kesabaran akan menjadi kebiasaan dirinya yang tidak bisa dipisahkan lagi. Orang yang terbiasa dengan perbuatan-perbuatan tertentu tidak akan merasa terbebani lagi. Pada awalnya memang sulit untuk membiasakan perbuatan baik tetapi lama kelamaan kalau dilakoni dengan penuh ketekunan dan kesabaran ia akan terbiasa dengan pekerjaan itu bahkan dengan senang hati dan penuh kecintaan melakukan hal demikian.
Itu artinya, siapapun yang ingin hebat dalam bidang apa saja, maka yang bersangkutan harus mau mebiasakan diri dengan kegiatan itu. Seseorang yang ingin hebat sebagai penulis, maka harus membiasakan diri dengan kegiatan menulis. Orang yang ingin hebat di bidang olah raga, maka sehari-hari harus menekuni latihan jenis olah raga yang diminati itu. Seseorang yang ingin hebat dalam berpidato, maka harus membiasakan diri berpidato. 
Hal demikian itu sebenarnya juga berlaku dalam semua kegiatan, tanpa terkecuali. Orang yang ingin tangguh di bidang politik, maka seharusnya menceburkan diri sepenuhnya pada kegiatan politik. Sehari-hari, yang bersangkutan harus terlibat dan ikut menyelesaikan persoalan politik. Orang yang ingin tangguh di bidang hukum, kesehatan, kepemimpinan, manajemen, dan bahkan semua kegiatan apa saja, agar menjadi tangguh, maka sehari-hari harus menekuni bidang pilihan hidupnya itu. Serendah apapun kemampuan seseorang, jika dilatih sehari-hari, maka lama kelamaan akan menjadi kuat. 
Lebih sederhana lagi, kebiasaan hingga menjadi sumber kekuatan juga terjadi pada anggota badan seseorang. Orang yang sehari-hari bekerja dengan menggunakan kekuatan tangan kanannya, maka tangan kanan itu akan menjadi kuat. Demikian pula, kaki akan menjadi kuat dan bahkan juga terampil manakala sehari-hari dilatih. Seorang pemain sepak bola oleh karena sehari-hari berlatih, maka kakinya menjadi kuat. Begitu pula jenis olah raga lainnya. Seorang atlit angkat besi, maka tangan dan perutnya menjadi kuat. Dan, begitu pula seterusnya. Pembiasaan menjadi sangat penting agar seseorang menjadi semakin tangguh. 
Sedemikian pentingnya pembiasaan itu, hingga seakan-akan yang membedakan antar orang satu dengan lainnya sangat tergantung pada jenis kegiatan yang dibiasakan sehari-hari. Orang memiliki keunggulan dan ketangguhan dalam bernyanyi, selain bakat, oleh karena yang bersangkutan selalu berlati menyanyi. Bahkan seorang ulama yang mampu berdoa panjang, sebenarnya oleh karena yang bersangkutan seringkali mendapatkan tugas memimpin doa. Umpama saja, pemuka agama dimaksud tidak terbiasa berdoa panjang, maka mereka juga tidak akan mampu menunaikan tugas itu. 
Persoalannya adalah tidak semua orang mampu secara istiqomah pada setiap hari membiasakan diri dengan kegiatan tertentu, sehingga akhirnya membuahkan kekuatan atau ketangguhan yang disandangnya. Selanjutnya, oleh karena tidak ada sesuatu yang dibiasakan, maka seseorang tidak memiliki kelebihan yang jelas. Mereka akan merasa tidak memiliki kelebihan, tau juga sebaliknya, merasa bisa apa saja, padahal sebenarnya tidak memiliki kemampuan apapun. Kemampuan atau ketangguhan hanya bisa dipupuk melalui kegiatan yang dibiasakan, atau diulang-ulang sepanjang waktu. 
Dalam dunia politik misalnya; yang pergumulannya penuh intrik dan taktik mengincar kesempatan untuk sebuah jabatan, tak jarang mereka mencari teman sementara demi meraup suara melalui sikap pura-pura yang dikemas dalam bingkai seakan-akan demi kepentingan bersama, walau sejatinya tak seirama. Akibatnya kerjasama itu tidak berlangsung lama, kebersamaan pun sirna karena kehilangan makna dan nilai guna. Kepentingan sesaat yang mereka cari walau dengan jalan mencuri atau mengkebiri sikap serasi. Maka tak heran bila banyak orang yag dahulu berprilaku terpuji, sontak berubah keji lantaran tak kuat menahan sesaji.
Model ini yang dalam istilah pak Imam disebut strategi semut, artinya bila sang semut tidak mampu mengangkat sesuatu agar sampai tujuan tertentu, maka cara jitu adalah mengajak kawan atau lawan yang dimulai dengan bersalaman satu persatu. Mengangkat bangkai misalnya, diajaknya banyak teman beramai-ramai. Setelah sampai pada tujuan tertentu, ia naik ke atas, lalu lupa akan makna solidaritas. Yang diingat hanya otoritas dan fasilitas yang semakin lama bukan semakin puas, tetapi malah semakin buas. Al-Qur’an menyindir model ini dalam Qs. Al-Hasyr : 14 “engkau kira mereka bersatu, akan tetapi hatinya berseteru” (tahsabuhum jam’an wa quluubuhum syatta)
Kembali ke habit is power, dahulu, di Tiongkok, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian memanah yang tiada tandingannya. Suatu hari, sang panglima ingin memperlihatkan keahliannya memanah kepada rakyat. Lalu diperintahkan kepada prajurit bawahannya agar menyiapkan papan sasaran serta 100 buah anak panah. Setelah semuanya siap, kemudian Sang Panglima memasuki lapangan dengan penuh percaya diri, lengkap dengan perangkat memanah di tangannya. Panglima mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke arah sasaran. Rakyat bersorak sorai menyaksikan kehebatan anak panah yang melesat! Sungguh luar biasa! Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak panah tepat mengenai sasaran.
Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap, "Rakyatku, lihatlah panglimamu! Saat ini, keahlian memanahku tidak ada tandingannya. Bagaimana pendapat kalian? Di antara kata-kata pujian yang diucapkan oleh banyak orang, tiba-tiba seorang tua penjual minyak menyelutuk, "Panglima memang hebat ! Tetapi, itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih."
Sontak panglima dan seluruh yang hadir memandang dengan tercengang dan bertanya-tanya, apa maksud perkataan orang tua penjual minyak itu. Tukang minyak menjawab, "Tunggu sebentar!" Sambil beranjak dari tempatnya, dia mengambil sebuah uang koin Tiongkok kuno yang berlubang di tengahnya. Koin itu diletakkan di atas mulut botol guci minyak yang kosong. Dengan penuh keyakinan, si penjual minyak mengambil gayung penuh berisi minyak, dan kemudian menuangkan dari atas melalui lubang kecil di tengah koin tadi sampai botol guci terisi penuh. Hebatnya, tidak ada setetes pun minyak yang mengenai permukaan koin tersebut!
Panglima dan rakyat tercengang. Merela bersorak sorai menyaksikan demonstrasi keahlian si penjual minyak. Dengan penuh kerendahan hati, tukang minyak membungkukkan badan menghormat di hadapan panglima sambil mengucapkan kalimat bijaknya, "Itu hanya keahlian yang didapat dari kebiasaan yang terlatih! Kebiasaan yang diulang terus menerus akan melahirkan keahlian."

Dari cerita diats, dapat daimbil satu hikmah, yakni betapa luar biasanya kekuatan kebiasaan. Habit is power!  Hasil dari kebiasaan yang terlatih dapat membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah dan apa yang tidak mungkin menjadi mungkin. Demikian pula, untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan, kita membutuhkan karakter sukses. Dan karakter sukses hanya bisa dibentuk melalui kebiasaan-kebiasaan seperti berpikir positif, antusias, optimis, disiplin, integritas, tanggung jawab dan lain sebagainya.  Kebiasaan yang diulang terus menerus, akan melahirkan keahlian!  Sekali lagi. Banyak orang bisa karena biasa #

Tidak ada komentar:

Posting Komentar