Sabtu, 20 Desember 2014

RECOGNIZE THE HUMAN PERSONALITY

Hefni Zain

Muqaddimah
Carl Gustav Jung, dalam  Researches In To The Phenomenology Of The Self, membagi kepribadian manusia dalam tiga jenis, yakni  introvert (introversion),  extrovert (extraversion) dan ambievert (ambiversion). Introvert  atau Introversion adalah kepribadian manusia yang berkaitan dengan dunia dalam pikiran manusia itu sendiri. Jadi manusia yang memiliki sifat introvert ini cenderung menutup diri dari kehidupan luar. Mereka adalah manusia yang lebih banyak berpikir dan lebih sedikit beraktifitas. Mereka juga orang-orang yang lebih senang berada dalam kesunyian atau kondisi yang tenang, daripada di tempat yang terlalu banyak orang.
Ciri-ciri introvert: senang menyendiri, pemikir,  pemalu,  pendiam,  lebih senang bekerja sendirian, ebih suka berinteraksi secara langsung dengan satu orang, susah bergaul,  senang berimajinasi, jarang bercerita, lebih suka mendengarkan orang bercerita,
senang dengan kegiatan yang tenang (membaca, bermain komputer, memancing, bersantai dsb), lebih senang mengamati dalam sebuah interaksi, berpikir dulu baru berbicara/melakukan, lebih mudah mengungkapkan perasaan dengan tulisan.,
Sementara Extrovert atau Extraversion merupakan kebalikan dari Introvert. Manusia dengan kepribadian extrovert berkaitan dengan dunia di luar manusia tersebut. Jadi manusia yang memiliki sifat extrovert ini lebih cenderung membuka diri dengan kehidupan luar. Mereka adalah manusia yang lebih banyak beraktifitas dan lebih sedikit berpikir. Mereka juga orang-orang yang lebih senang berada dalam keramaian atau kondisi dimana terdapat banyak orang, daripada di tempat yang sunyi.
Ciri-ciri Extrovert: senang bersama orang,  percaya diri (kadang bisa berlebihan), . aktif, lebih senang bekerja kelompok, suka berinteraksi dengan banyak orang sekaligus, gampang bergaul (supel), senang beraktifitas, senang bercerita, daripada mendengarkan orang bercerita, senang dengan kegiatan dengan banyak orang (jalan-jalan, pergi ke konser, nongkrong, berpesta dsb), senang berpartisipasi dalam sebuah interaksi,  berbicara/melakukan dulu baru berpikir, lebih mudah mengungkapkan perasaan dengan kata-kata.
Adapun Ambievert atau Ambiversion adalah kepribadian manusia yang memiliki dua kepribadian, yaitu Introvert dan Extrovert. Manusia dengan kepribadian ambievert dapat berubah-ubah dari introvert menjadi extrovert, atau sebaliknya. Memiliki kepribadian ambievert ini bisa dibilang baik, karena manusia tersebut bisa fleksibel untuk beraktifitas sebagai introvert ataupun extrovert, serta dapat berinteraksi dengan introvert dan extrovert dengan baik. Tidak seperti Introvert yang susah bergaul dengan Extrovert dan sebaliknya.
Namun, kekurangan dari kepribadian ini, karena memiliki kepribadian di antara introvert dan extrovert, orang dengan kepribadian ambievert jadi sering terlihat moody, karena sifatnya yang sering berubah-ubah.

Ulasan Kritis
Tatkala mendengar kata introvert, kita langsung membayangkan seseorang yang pemalu, penyendiri, dan hanya sedikit bicara, jika anda beranggapan seperti itu, maka anda tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Karena apa yang dipaparkan di atas hanyalah sebagian kecil dari unsur atau pengertian introvert yang sebenarnya, yang sayangnya digunakan kebanyakan orang untuk melabeli orang tertentu dengan sebutan introvert.
Pada dasarnya, introvert merujuk pada jenis kepribadian seseorang yang merupakan lawan dari ekstrovert. Jenis kepribadian introvert atau ekstrovert ini merujuk pada preferensi-preferensi yang dipilih oleh seseorang.  Sementara  preferensi-preferensi itu dipilih berdasarkan hal-hal yang terasa lebih nyaman untuk dilakukan atau dijalani. Dengan kata lain, kepribadian akan menentukan definisi kenyamanan. Nyaman bagi orang ekstrovert belum tentu nyaman bagi orang introvert. 
Introvert
Ekstrovert
Energized by the inner world
Energized by the outer world
Inward
Outgoing
Quiet
Talkactive
Think and may act
Acts first Thinks later
Values Depth Of Experience
Values Breadth Of Experience

Introvert adalah orang yang berorientasi  ke ‘dalam’ diri mereka sendiri (inward thinking). Mereka tertarik pada dunia ide, pemikiran, dan konsep sehingga orang-orang  introvert sangat menyukai suasana tenang untuk menyendiri untuk berpikir ataupun beraktivitasSumber energi mental mereka berasal dari proses ‘menyendiri’ ini sehingga bagi orang yang tidak mengerti, orang introvert terkadang disalah artikan sebagai pribadi yang anti sosial dan tertutup. Ketika orang introvert bersosialisasi dengan banyak orang, maka ‘stock’ energi mental  mereka perlahan-lahan akan berkurang dan ketika itu terjadi, maka mereka akan ‘mengisi ulang’ dirinya dengan menyendiri.  Banyak pemikir, seniman atau orang-orang hebat yang merupakan orang introvert. Nama-nama seperti Albert Einstein, Abraham Lincoln, Steven Spielberg, sampai businessman sekelas Bill Gates adalah contoh notable orang-orang introvert yang sukses dalam pekerjaan mereka.
Ekstrovert adalah orang-orang yang kepribadiannya sangat bertolak belakang dengan orang introvert karena mereka adalah orang-orang yang berorientasi ke ‘luar’ diri mereka (outward thinking).Ciri dari orang ekstrovert adalah outgoing, pandai bersosialisasi, dan senang mengobrol.  Jika orang introvert mengisi energinya dengan menyendiri, maka orang ekstrovert justru mendapatkan energi mentalnya dengan bersosialisasi dan bertemu orang banyak. Ketika mereka sendiri, mereka akan merasa tidak tenang karena itu akan ‘menghabiskan’ energi mereka. contoh orang ekstrovert yang terkenal adalah Soekarno, Guy Kawasaki, dan Larry King
Sejatinya, orang introvert juga suka bersosialisasi, namun mereka sudah merasa nyaman jika memiliki  1 atau 2 orang teman dekat karena bagi mereka yang terpenting bukanlah kuantitas teman yang  mereka miliki tetapi lebih kepada kualitas atau ‘kedalaman’ hubungan yang mereka bangun. Beda halnya dengan orang ekstrovert, mereka sangat senang bertemu dengan orang-orang baru dan membuat teman sebanyak mungkin karena justru hal inilah yang membuat mereka nyaman.
Dalam dunia kerja, orang introvert lebih cenderung bekerja secara sendiri atau dalam kelompok kecil yang tenang karena bagi mereka cara kerja seperti itu terasa kondusif. Adapun orang ekstrovert, mereka senang bekerja di posisi dimana mereka bisa berinteraksi dengan banyak orang. Tempatkan mereka di lingkungan sepi dan mereka akan merasa pekerjaan itu sangat tidak menyenangkan.
Lalu yang manakah yang lebih bagus, menjadi orang introvert atau ekstorvert ? sebenarnya pertanyaan ini sendiri tidak patut ditanyakan karena esensinya akan sama apabila kita mempertanyakan yang manakah  lebih bagus antara pria atau wanita. Keduanya berbeda tapi saling melengkapi. Sayangnya di dunia dimana publisitas dan narsisme di agung-agungkan seringkali orang ekstrovert cenderung mendapat apresiasi lebih dibandingkan orang introvert karena orang introvert biasanya lebih unggul dalam bersosialiasi sehingga mudah kelihatan ‘menonjol’ di mata orang lain.
Pada dasarnya tidak ada orang yang 100% ekstrovert ataupun 100% introvert. Kita semua merupakan campuran dari unsur ini, hanya saja ada satu unsur yang mendominasi kepribadian kita yang memang sudah terbentuk dari ‘sananya’.   Pada sisi lain, ada juga orang yang bertipe Ambivert, yaitu orang yang memiliki kepribadian introvert dan ekstrovert yang seimbang atau 50-50, namun jumlah orang seperti ini sangat sedikit.
Pada akhirnya kita tidak perlu mempermasalahkan apakah kita introvert atau ekstrovert, tapi yang lebih penting adalah bagaimana mengembangkan potensi berdasarkan pengetahuan akan jenis kepribadian kita, karena setiap kepribadian tentu memiliki kelebihan dan juga kekurangan.contoh sederhananya, Orang introvert harus belajar  lebih membuka diri terhadap pergaulan baru dan dunia sosial. Sedangkan orang ekstrovert harus belajar menikmati waktu-waktu sendiri mereka.
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud,  kepribadian terdiri dari tiga elemen, yakni : id, ego dan superego yang bekerja sama untuk menciptakan perilaku manusia yang kompleks.
1). Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga  Id merupakan komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan, keinginan, dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya adalah kecemasan  atau ketegangan. Sebagai contoh, peningkatan rasa lapar atau haus harus menghasilkan upaya segera untuk makan atau minum. id ini sangat penting awal dalam hidup, karena itu memastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi. Jika bayi lapar atau tidak nyaman, ia akan menangis sampai tuntutan id terpenuhi.
Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau bahkan mungkin. Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang lain untuk memuaskan keinginan kita sendiri. Perilaku semacam ini akan baik mengganggu dan sosial tidak dapat diterima. Menurut Freud, id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan. Pada prinsipnya Id fungsinya selalu mendorong orang untuk berbuat.
2). Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls Id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan- ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan tempat. Ego juga pelepasan ketegangan yang diciptakan oleh impuls yang tidak terpenuhi melalui proses sekunder, di mana ego mencoba untuk menemukan objek di dunia nyata yang cocok dengan gambaran mental yang diciptakan oleh proses primer id’s.
3).  Superego. Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego. superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat – kita maksudkan rasa betul dan salah atau baik dan buruk. Superego memberikan pedoman untuk membuat penilaian. Artinya seseorang terlebih dahulu melakukan pertimbangan sebelum berbuat.
Ada dua bagian superego: Yang ideal ego mencakup aturan dan standar untuk perilaku yang baik. Perilaku ini termasuk orang yang disetujui oleh figur otoritas orang tua dan lainnya. Mematuhi aturan-aturan ini menyebabkan perasaan kebanggaan, nilai dan prestasi.
Hati nurani mencakup informasi tentang hal-hal yang dianggap buruk oleh orang tua dan masyarakat. Perilaku ini sering dilarang dan menyebabkan buruk, konsekuensi atau hukuman perasaan bersalah dan penyesalan. Superego bertindak untuk menyempurnakan dan membudayakan perilaku kita. Ia bekerja untuk menekan semua yang tidak dapat diterima mendesak dari id dan perjuangan untuk membuat tindakan ego atas standar idealis lebih karena pada prinsip-prinsip realistis. Superego hadir dalam sadar, prasadar dan tidak sadar.

Interaksi  Id, Ego dan superego
Dengan kekuatan bersaing begitu banyak, mudah untuk melihat bagaimana konflik mungkin timbul antara ego, id dan superego. Freud menggunakan kekuatan ego istilah untuk merujuk kepada kemampuan ego berfungsi meskipun kekuatan-kekuatan duel. Seseorang dengan kekuatan ego yang baik dapat secara efektif mengelola tekanan ini, sedangkan mereka dengan kekuatan ego terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi terlalu keras hati atau terlalu mengganggu.
Menurut Freud, kunci kepribadian yang sehat adalah keseimbangan antara id, ego, dan superego. Komentar Jalius: Sungguh Freud tidak melibatkan akal dan pikiran dalam pembentukan kepribadian. Pada hal akal dan pikiran bagi manusia adalah faktor utama dalam mengelola perilkunya. Dia hanya bertumpu pada reaksi jiwa terhadap adanya stimulus, yakni keinginan kepada hal-hal yang disenangi saja. Dengan Id, ego dan super ego memberikan respon terhadap berbagai stimulus atau impuls dari lingkungan. Kretivitas dalam menciptakan dunia baru tentu saja tertutup bagi kepribadian Freud. Karena kreativitas merupakan kerja utama akal dan pikiran.  Jika demikian berarti Freud hanya  bisa membuat kepribadian statis.
Bagaimana Kepribadian Manusia Dalam Persepktif Islam ? (Tunggu edisi selanjutnya : bersambung)
 Referensi
C. George Boeree, Personality Theories, Prismashopie, Terj. Inyiak Ridwan Muzir, (Jogjakarta, 2005).
Carl Gustav Jung, Approaching the Unconscious, Terj G. Cremers, (PT. Gramedia, Jakarta, 1989).
Carl Gustav Jung, Aion, Researches In To The Phenomenology Of The Self, Kata Pengantar R.F. C. Hull, Terj. Cremer, (PT. Gramedia, Jakarta, 1986).
Tim Psikoanalisis Fakultas Psikologi Univ. Muhammadiyah Gresik, Surat-Surat Freud/Jung, Akar Perpecahan Gerakan Pasikoanalisis, Terj Chairil Umam, (UMG Pers, Gresik, 2003).
Jess Feist, Gregory J. Feist (2008).Theories of Personality (yudi Santoso, Penrj.) yogyakarta : PT. Pustaka  Pelajar
Chaplin, J.P (2001). Kamus Lengkap Psikologi (Kartini Kartono, penrj.). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Hall, C. S.&G. Lindzey. (1985). Introduction to Theories Personality. New York: Jhon Willey&Son.
Pervin, L. A.&O.P. John. (2000). Personality: Theory and Research. 8th ed. New York : John Willey&Son.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar