Hefni Zain
Tidak sedikit
para ahli yang menulis buku
tentang manajemen, dan mereka merumuskan konsep manajemen dari
perspektif latar pendidikan dan kepentingannya masing masing, James A.F. Stonner (1978:23) menyebutkan
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepeminpinan dan
pengendalian semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan. Dalam pandangan Massie Joseph (1979:41), manajemen adalah proses
perencanaan mengambil keputusan, mengorganisasikan, meminpin dan mengendalikan
sumber daya manusia, keuangan, fasilitas dan informasi guna mencapai sasaran
organisasi dengan cara efektif dan efisien.
Beberapa pakar yang lain menyebut bahwa
manajemen merupakan ilmu, seni dan profesi. Disebut ilmu, karena manajemen selain secara sistematik berusaha memahami
mengapa dan bagaimana orang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu, ia
juga telah memenuhi syarat sebagai suatu
ilmu pengetahuan yang telah dipelajari dalam kurun waktu yang lama dan memiliki
serangkaian teori yang terus diuji dan dikembangkan dalam praktek manajerial
pada lingkup organisasi.
Sebagai ilmu pengetahuan, manajemen bersifat
universal dan mempergunakan krangka ilmu pengetahuan yang sistimatis mencakup
kaidah-kaidah, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep yang relevan dalam semua
situasi manajerial, karenanya manajemen dapat diterapkan dalam setiap
organisasi baik pemerintah, pendidikan, perusahaan, keagamaan, sosial dan
sebagainya. Dengan kata lain, manajemen mutlak dibutuhkan oleh setiap
organisasi, jika seorang manajer mempunyai pengetahuan tentang manajemen dan mengetahui
bagaimana menerapkannya, maka dia akan dapat melaksanakan fungsi-fungsi
manajerial secara efektif dan efisien
Selain
sebagai ilmu pengetahuan, menurut Mary Parker Follet (1986 : 52) manajemen juga sebagai seni untuk melaksanakan
pekerjaan melalui orang lain (The art of getting done through people),
definisi ini mengandung arti bahwa seorang manajer dalam mencapai tujuan
organisasi melibatkan orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang telah
diatur oleh manajer. Oleh karena itu, keterampilan yang dimiliki oleh seorang
manajer perlu dikembangkan baik melalui pengkajian maupun pelatihan. Karena
manajemen dipandang sebagai seni, maka seorang manajer perlu mengetahui dan
menguasai seni memimpin yang berkaitan erat dengan gaya kepemimpinan yang tepat
dan dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi.
Melampaui
itu, manajemen juga dapat disebut sebagai profesi karena manajemen dilandasi
oleh keahlian khusus untuk mencapai prestasi manajer yang diikat dengan kode
etik dan dituntut bekerja secara
profesional. Seorang profesional tentu harus mempunyai kemampuan konsepsional,
kemampuan sosial dan kemampuan teknikal.
Kemampuan
konsepsional adalah kemampuan mempersepsi organisasi sebagai suatu sistem,
memahami perubahan pada setiap bagian yang berpengaruh terhadap keseluruhan
organisasi, kemampuan mengkoordinasi semua kegiatan dan kepentingan organisasi.
Kemampuan sosial atau hubungan manusiawi diperlihatkan agar manajer mampu
bekerja sama dan memimpin kelompoknya dan memahami anggota sebagai individu dan
kelompok. Adapun kemampuan teknikal berkaitan erat dengan kemampuan yang
dimiliki manajer dalam menggunakan alat, prosedur dan teknik bidang khusus,
seperti halnya teknik dalam perencanaan program anggaran, program pendidikan
dan sebagainya.
Jadi disebut sebagai profesi, karena serang
manajer dituntut memiliki keahlian khusus untuk bekerja secara profesional.
Oleh karena itu, seorang manajer harus membekali dirinya dengan kemampuan
konseptual yang berkaitan dengan planning, organizing, actuating dan
controlling (POAC) serta kemampuan sosial yang mengatur tentang hubungan
manusiawi sehingga mampu mengimplementasikan gaya kepemimpinan yang relevan
dalam berbagai situasi dan kondisi, juga kemampuan teknis yang dapat mendukung
dalam pelaksakan program yang dijalankan.
Dari
berbagai rumusan ahli diatas, dapat disebutkan bahwa manajemen adalah kegiatan
seseorang dalam mengatur organisasi, lembaga atau perusahaan yang bersifat
manusia maupun non manusia, sehingga tujuan organisasi, lembaga atau perusahaan
dapat tercapai secara
efektif dan efisien. Bertolak dari rumusan ini , terdapat beberapa
unsur yang inheren dalam manajemen, antara lain :
1. Unsur proses, artinya seorang manejer dalam
menjalankan tugas manajerial harus mengikuti prinsip graduasi yang
berkelanjutan.
2. Unsur penataan, artinya dalam proses manajemen
prinsip utamanya adalah semangat
mengelola, mengatur dan menata.
3. Unsur implementasi, artinya, setelah diatur dan
ditata dengan baik perlu dilaksanakan secara profesional.
4. Unsur kompetensi. Artinya sumber-sumber
potensial yang dilibatkan baik yang bersifat manusia maupun non manusia mesti
berdasarkan kompetensi, profesionalitas dan kualitasnya.
5. Unsur tujuan yang harus dicapai, tujuan yang
ada harus disepakati oleh keseluruhan anggota organisasi. Hal ini agar semua
sumber daya manusia mempunyai tujuan yang sama dan selalu berusaha untuk
mensukseskannya. Dengan demikian tujuan yang ada dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam melaksanakan aktivitas dalam organisasi.
6. Unsur efektifitas dan efisiensi. Artinya,
tujuan yang ditetapkan diusahakan tercapai secara efektif dan efisien.
Relevan
dengan hal diatas, Hamzah (1994:32) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
Manajemen Pendidikan islam adalah aktivitas
memadukan sumber-sumber pendidikan islam agar terpusat dalam usaha untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya, dengan kata lain
manajemen pendidikan islam merupakan mobilisasi segala sumberdaya pendidikan
islam untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Maka
manajemen pendidikan Islam hakekatnya adalah suatu proses penataan dan
pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang melibatkan sumber daya manusia dan non manusia dalam menggerakkannya
mencapai tujuan pendidikan Islam secara
efektif dan efisien.”.
Yang disebut “efektif dan efisien” adalah
pengelolaan yang berhasil mencapai sasarannya dengan sempurna, cepat, tepat dan
selamat. Sedangkan yang “tidak efektif” adalah pengelolaan yang tidak berhasil
memenuhi tujuan karena adanya mis-manajemen, maka manajemen yang
tidak efisien adalah manajemen yang berhasil mencapai tujuannya tetapi melalui
penghamburan atau pemborosan baik tenaga, waktu maupun biaya.
Reddin
(1970:135) memberikan beberapa gambaran tentang perilaku manajer yang
efektif, antara lain : pertama,
mengembangkan potensi para bawahan,
kedua, memahami dan tahu tentang apa yang diinginkan dan giat
mengejarnya, memiliki motivasi yang tinggi,
ketiga, memperlakukan bawahan secara berbeda-beda sesuai dengan individunya,
dan keempat, bertindak secara team manajer.
Seorang
manajer tidak hanya memanfaatkan tenaga bawahannya yang sudah ahli atau trampil
demi kelancaran organisasi yang dia pimpin saja, tetapi juga memberikan kesempatan pada bawahannya
agar mereka dapat meningkatkan keahlian atau ketrampilannya. Manajer Pendidikan Islam pada umumnya hanya tahu apa
tugas mereka agar proses pendidikan dapat berlangsung konstan, tetapi acapkali
mereka kurang mampu mengantisipasi secara akurat perubahan yang bakal terjadi
di masyarakat pada umumnya dan dalam dunia pendidikan Islam khususnya. Akibatnya mereka hanya tenggelam dalam tugas-tugas
rutin organisasi keseharian tetapi sangat sulit melakukan inovasi progresif nan
memungkinkan dicapainya tujuan organisasi secara lebih improve dan
membanggakan.
Reddin
(1970 : 138) menunjukkan defferensiasi manajemen yang efektif dengan manajemen
yang efisien sebagai berikut :
N
|
MANAJEMEN
EFEKTIF
|
MANAJEMEN
EFISIEN
|
1
|
Membuat yang benar
|
Mengerjakan dengan benar
|
2
|
Mengkreasikan berbagai alternatif
|
Menyelesaikan berbagai masalah
|
3
|
Mengoptimalkan berbagai sumber pendidikan
|
Mengamankan berbagai sumber pendidikan
|
4
|
Memperoleh hasil pendidikan.
|
Mengikuti tugas-tugas pekerjaan
|
5
|
Meningkatkan keuntungan pendidikan
|
Merendahkan biaya pendidikan
|
Defferensiasi
ini penting difahami agar para manajer berupaya menyeimbangkan antara efektif
dan efisien dalam manajemennya, sebab manajemen yang efektif saja sesunggunhnya
merupakan pemborosan, sebaliknya manajemen yang efisien saja sulit memenuhi
tujuan lembaga pendidikan islam yang di
idealkan.
Sejatinya manajemen berhubungan erat dengan usaha untuk
tujuan tertentu dengan jalan menggunakan berbagai sumber daya yang tersedia
dalam organisasi atau lembaga pendidikan Islam dengan cara yang sebaik mungkin.
Manajemen bukan hanya mengatur tempat melainkan juga mengatur orang per orang,
dalam mengatur orang, tentu diperlukan seni atau kiat agar setiap orang yang
bekerja dapat menikmati pekerjaan mereka.
Dalam
proses manajemen, fungsi-fungsi manajemen digambarkan secara umum dalam
tampilan prangkat organisasi yang dikenal dengan sebutan teori manajemen
klasik. Para pakar manajemen mempunyai perbedaan pendapat dalam merumuskan
proses manajemen, Bagi Poul Mali (1981 : 54), fungsi manajemen meliputi : planning,
organizing, staffing, directing and controlling. Sedangkan dalam pandangan
Wayne (1988 : 32) fungsi manajemen meliputi : planning, organizing, leading
and controlling. Sementara menurut Peter Drukcer (1954 : 87) proses
manajemen dimulai dari planning, organizing, staffing, directing,
coordinating, reporting, dan budgeting. Dan menurut Made Pidarta (1988 :
85) manajemen meliputi : planning, organizing, comanding, coordinating,
controlling
Berdasarkan
uraian diatas, yang wajib ada dalam proses manajemen minimal empat hal, yakni :
planning, organizing, actuating, controlling, (POAC). Empat hal ini prosesnya digambarkan dalam
bentuk siklus karena adanya saling keterikatan antara proses yang pertama
dengan proses berikunya, begitu juga setelah pelaksanaan controlling
lazimnya dilanjutkan dengan membuat planning baru.
Dalam
hal ini para pakar manajemen pendidikan Islam merumuskan siklus proses
manajemen pendidikan Islam diawali oleh adanya sasaran yang telah ditetapkan
terlebih dahulu, lalu disusunlah rencana untuk mencapai sasaran tersebut dengan
mengorganisir berbagai sumber daya yang ada baik materiil maupun non materiil lalu berbagai sumberdaya tersebut digerakkan
sesuai jobnya masing masing, dan dalam aktuating tersebut dilakukan pengawasan
agar proses tersebut tetap sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Perencanaan
pendidikan islam adalah proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan kegiatan
yang akan dikerjakan pada waktu yang akan datang untuk mencapai sasaran atau
tujuan pendidikan islam yang telah dirumuskan dan ditetapkan sebelumnya.
Dalam
islam keharusan membuat perencanaan yang teliti sebelum melakukan tindakan
banyak disinyalir dalam teks suci, baik secara langsung maupun secara sindiran
(kinayah), misalnya dalam islam diajarkan bahwa upaya penegakan yang
ma’ruf dan pencegahan yang munkar membutuhkan sebuah perencanaan dan
strategi yang baik, sebab bisa jadi
kebenaran yang tidak terorganisir dan terencana
akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir dan terencana.
Meskipun
Alqur’an menyatakan yang benar pasti mengalahkan yang bathil (al Isra’ : 81),
namun Allah lebih mencintai dan meridhoi
kebenaran yang diperjuangkan dalam sebuah barisan yang rapi, terencana dan teratur ( as shaff : 4) . Setelah perencanaan, dilanjutkan dengan
pengorganisasian, yakni proses penataan, pengelompokan dan
pendistribusian tugas, tanggung jawab dan wewenang kepada semua perangkat yang dimiliki
menjadi kolektifitas yang dapat digerakkan sebagai satu kesatuan team work
dalam mencapai tujuan yang telah
ditentukan secara efektif dan efesien. Dalam
Qs. 6 : 132 ditegaskan bahwa “Setiap
orang mempunyai tingkatan menurut pekerjaannya masing-masing.
Sewaktu
Rasulullah membentuk atribut-aribut negara dalam kedudukan beliau sebagai
pemegang kekuasaan tetinggi, beliau membentuk organisasi yang didalamnya
terlibat para sahabat beliau yang beliau tempatkan pada kedudukan menurut
kecakapan dan ilmu masing-masing. Tidak dapat dipungkiri bahwa Rasulullah
adalah seorang organisatoris ulung, administrator yang jenius, dan pendidik
yang baik yang menjadi panutan, karena itu beliau disebut sebagai panutan yang
baik (uswatun hasanah).
Setelah
planning dan organizing, dalam siklus manajemen pendidikan islam dilanjutkan
dengan actuating, yakni proses menggerakkan atau merangsang anggota anggota
kelompok untuk melaksanakan tugas mereka masing masing dengan kemauan baik dan
antusias.
Fungsi Actuating berhubungan erat dengan sumber daya
manusia, oleh karena itu seorang pemimpin pendidikan Islam dalam membina
kerjasama, mengarahkan dan mendorong kegairahan kerja para bawahannya perlu
memahami seperangkat faktor-faktor manusia tersebut, karena itu actuating bukan
hanya kata-kata manis dan basa-basi,
tetapi merupakan pemahaman radik akan berbagai kemampuan, kesanggupan, keadaan,
motivasi, dan kebutuhan orang lain, yang dengan itu dijadikan sebagai sarana
penggerak mereka dalam bekerja secara bersama-sama sebagai taem work.
Siklus
terakhir adalah controlling, yakni proses pengawasan dan pemantauan terhadap
tugas yang dilaksanakan, sekaligus
memberikan penilaian, evaluasi dan perbaikan sehingga pelaksanaan tugas kembali
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Menurut
Siagian (1983 : 21) fungsi pengawasan merupakan upaya penyesuaian antara
rencana yang telah disusun dengan pelaksanaan dilapangan, untuk mengetahui
hasil yang dicapai benar-benar sesuai dengan rencana yang telah disusun
diperlukan informasi tentang tingkat pencapaian hasil. Informasi ini dapat
diperoleh melalui komunikasi dengan bawahan, khususnya laporan dari bawahan
atau observasi langsung. Apabila hasil tidak sesuai dengan standar yang
ditentukan, pimpinan dapat meminta informasi tentang masalah yang dihadapi. Dengan
demikian tindakan perbaikan dapat disesuaikan dengan sumber masalah. Di samping
itu, untuk menghindari kesalahpahaman tentang arti, maksud dan tujuan
pengawasan antara pengawas dengan yang diawasi perlu dipelihara jalur
komunikasi yang efektif dan bermakna dalam arti bebas dari prasangka nigatif
dan dilakukan secara berdayaguna dan berhasilguna, al hasil, tujuan pengawasan
pendidikan Islam haruslah konstruktif, yakni benar benar untuk memperbaiki, meningkatkan efektifitas
dan efisiensi #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar