Senin, 10 Maret 2014

MENAJEMEN KONFLIK DALAM ORGANISASI


Ust. Hefni Zain

Konsep  Manajemen Konflik 
Konflik merupakan fenomena biasa dalam sebuah organisasi, ia muncul sebagai akibat dari adanya masalah-masalah komunikasi, hubungan pribadi, atau struktur organisasi. Dalam konteks organisasi, konflik organisasi  (organizational conflict) adalah ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota organisasi yang timbul karena adanya perbedaan persepsi, tujuan dan nilai diantara mereka. Dalam bahasa yang ekstrim, konflik organisasi merupakan benturan,  ketidak sesuaian dan interaksi-interaksi yang bersifat antagonis antara beberapa komponen organisasi sehingga roda organisasi tidak dapat berjalan secara incompatible (bersamaan ) dan tujuan organisasi tidak dapat dicapai  secara simultan.
Dalam konflik terdapat dua gejala umum yang sifatnya esensial, yaitu : adanya pandangan yang berbeda-beda, dan adanya ketidak sesuaian dari pandangan tersebut, konvergensi dua gejala esensial di atas kemudian menjadi embrio penyebab terjadinya konflik dalam organisasi.  Dalam konteks ini, guna mencapai tujuan organisasi secara optimal, pemimpin organisasi harus mampu menemukan cara menyeimbangkan konflik dan kooperasi dalam organisasinya, bahkan lebih jauh ia dituntut untuk mempunyai kepiawaian mengelola konflik menjadi sebuah kekuatan yang mendorong terciptanya suasana persaingan positif konstruktif dalam mewujudkan tercapainya tujuan organisasi .

Sumber   Dan  Tingkatan  Konflik 
Kendati sumber konflik sangat beragan dan bervariasi karena tergantung pada persepsi atau penafsiran individu terhadap lingkungannya, namun secara umum  terjadinya konflik biasanya  dilatar belakangi oleh : adanya persaingan,  kekaburan bidang tugas,  perbedaan persepsi, cara dan tujuan, problem komunikasi, perbedaan standar penampilan, perbedaan sifat dan karakteristik pada setiap individu, kurangnya kemampuan dalam unsur-unsur  organisasi, dan adanya kompetisi dalam memperebutkan sumber yang terbatas.
Beberapa ahli manajemen menyebutkan bahwa terdapat minimal empat macam tingkatan dalam konflik, yakni : (1) Konflik Intrapersonal (intrapersonal conflict) atau konflik yang terjadi di dalam  diri sang individu yang bersangkutan. (2) Konflik antarkelompok (intergroup conflict). (3) Konflik antara bawahan dengan atasan. (4) Konflik Konstruktif  dan (5) Konflik Destruktif.

Dampak  Konflik  Bagi  Organisasi 
Dampak dari sebuah konflik bisa negatif dan bisa juga positif terhadap organisasi. Dampak nigatifnya bisa berupa  (1) munculnya friksi - friksi dalam organisasi yang satu sama lain terus berupaya mencari kelemahan lawan masing masing, (2) tujuan umum organisasi tidak jarang dikalahkan oleh tujuan kepentingan kelompok atau perorangan (3) munculnya bentuk aliensi, apatis dan indeferinsi. (4) seorang pemimpin yang terkooptasi oleh sekat  friksi primordial  akan lebih berperan sebagai peminpin bagi kelompoknya dan bukan bagi organisasinya .
Sementara dampak positifnya, antara lain adalah (1) kompetisi untuk meningkatkan kwalitas dan prestasi, sehingga hal ini akan meningkatkan fungsionalisasi organisasi. (2) berhati hati dalam bekerja, sebab selalu dipantau oleh pesaingnya, (3) tumbuhnya kesadaran untuk bekerjasama, dan (4) mendorong seseorang memecahkan masalah secara tepat dan demokratis.
Organisasi yang baik adalah mereka yang mampu mengelola konflik yang ada menjadi sebuah kekuatan bersama menggapai tujuan organisasi yang didambakan.

Strategi Manajemen Konflik 
Bila seseorang mampu mengelola konflik dengan baik maka konflik dapat menimbulkan dinamika dan pencapaian yang lebih baik dalam pelaksanan kegiatan kerja sutu kelompok. Tak jarang konflik yang terlalu rendah akan menyebabkan para anggota organisasi takut berinisiatif dan menjadi pasif, mereka cenderung  saling bertoleransi terhadap kelemahan yang lain karena hawatir terjadi konflik. Nah dalam kondisi yang demikian seorang pemimpin  perlu merangsang timbulnya persaingan dan konflik agar terjadi dinamika kompetitif yang sehat.
Terdapat tiga strategi  penyelesaian konflik yang sering digunakan, yaitu strategi konfrontasi, strategi kompromi dan strategi konsensus. Model pertama dilakukan melalui pencarian kebenaran dengan diukur oleh validnya argumentasi yang digunakan, mereka  saling berhadapan untuk menyampaikan argumentasinya masing masing, Argumentasi yang kokoh akan keluar sebagai pemenang dan argumentasi yang  rapuh dengan fair akan menerima kekalahannya.
Adapun strategi kompromi dilakukan dengan cara mendudukkan pihak-pihak yang bertentangan untuk memecahkan masalah secara terbuka dengan semangat kompromi yang dapat diterima semua pihak. Dalam  hal ini, akan terjadi proses bargaining, lobi-lobi dan konsesi-konsesi gagasan secara bebas dan optimal, agar tercapai penyelesaian integratif.
Sedangkan strategi  konsensus, lebih menekankan pada penyelesaian model power bisanya dengan jalan voting.

Paradigma Baru Manajemen Konflik  Di  Organisasi
Sebagaimana disinggung sebelumnya, konflik merupakan fenomena wajar dan tak dapat dihindarkan dalam sebuah organisasi,  mungkin kalau dalam paradigma lama (tradisional) konflik merupakan sesuatu yang menakutkan yang mesti dihindari, tetapi dalam paradigma baru, yang sering disebut pandangan interaksionis, konflik –kendati dapat mengganggu fungsi organisasi– tetapi dalam sisi sisi tertentu, ia dapat dikelola menjadi sebuah potensi tersendiri.

Dengan kata lain, meskipun disatu sisi  konflik dapat dysfunctional, tetapi disisi lain bila dikelola secara baik, ia akan menjadi sarana bagi manajer untuk mengasah diri mempertajan sensitifitas dan akurasi dalam proses pengambilan keputusan serta problem solving, paling tidak ia menjadi alat motivator yang berguna bagi manajer dalam menemukan cara perbaikan kinerja dan  prestasi organisasi. #

Tidak ada komentar:

Posting Komentar