Senin, 10 Maret 2014

ASAL USUL SISTEM PENANGGALAN BULAN-BULAN MASEHI


Ust. Hefni Zain
Sejarah Masehi memiliki akar dan ikatan yeng kuat dengan tradisi astrologi  Mesir kuno, Mesopotamia, Babelonia,  Yunani antik dan Romawi tua serta dalam perjalanannya mendapat intervensi Gereja. Sejarah Masehi adalah sejarah yang dipakai secara internasinal, dan oleh kalangan  gereja dinamakan Anno Domini (AD) terhitung sejak kelahiran nabi Isa as (Yesus). semula biarawan Katolik, Dionisius Exoguus pada tahun 527 M ditugaskan pimpinan Gereja untuk membuat perhitungan tahun dengan titik tolak tahun kelahiran Nabi Isa as (Yesus).
Masa sebelum kelahiran Nabi Isa as (Yesus) dinamakan masa sebelum masehi. Semua peristiwa dunia sebelumnya dihitung mundur alias minus. Dengan sebuah gagasan teologis Nabi Isa as (Yesus) sebagai penggenapan dan pusat sejarah dunia. Tahun kelahiran Nabi Isa. as (Yesus) dihitung tahun pertama atau awal perjanjian baru. Sejarah yang berdasarkan sistem matahari ini sebelum menjadi sempurna seperti yang kita kenal sekarang mengalami sejarah yang cukup panjang, sejak zaman Romawi, jauh sebelum pemerintahan Julis Caesar.
Ada yang menyebutkan bahwa sistem perhitungan bulan (penanggalan) masehi lahir dari rahim ilmu astrologi yakni  ilmu tentang pergerakan benda-benda langit seperti matahari, bulan dan rasi bintang. Menurut sebagian ahli sejarah, astrologi adalah ilmu yang berkembang sejak jaman pemerintahan Babelonia kuno, kira-kira tahun 2000 sebelum masehi. Ilmu ini pertamakali berkembang di Mesapotamia, yakni daratan diantara sungai Tigris dan Eufrat, daerah asal orang Babelonia kuno (kini Irak tenggara).
Semula para ahli perbintangan mempelajari benda-benda langit hanya untuk ramalan umum mengenai masa depan. Kemudian suku bangsa Babel mengembangkan suatu sistem yang menghubungkan perubahan musim dengan kelompok-kelompok bintang tertentu yang disebut rasi atau konstelasi. Mereka mengembangkan sistem tersebut untuk menghitung penanggalan hari dan menggambar horoskop perorangan.
Awalnya jumlah bulan-bulan masehi dalam satu tahun yang berlaku pada masyarakat Romawi hanya berjumlah 10 bulan saja, yaitu : (1) Martius (Maret), (2) Aprilis (April), (3) Maius (Mei), (4) Junius ( Juni), (5) Quintrilis ( Juli), (6) Sextilis (Agustus), (7) September (September), (8) October (Oktober), (9) November (Nopember), dan (10) December (Desember).
Seperti halnya dengan nama hari, pemberian nama sebagian bulan Masehi adalah mengacu pada nama-nama Dewa bangsa Romawi. Misalnya : bulan Martius (Maret) diambil dari nama Dewa Mars, bulan Maius (Mei) diambil dari nama dewa Maia dan bulan Junius (Juni)  diambil dari nama dewa Juno. Sedangkan nama-nama Quintrilis (Juli), Sextrilis (Agustus), September, October, November dan December adalah nama yang diberikan berdasarkan angka urutan susunan bulan. Quintrilis berarti bulan kelima, Sextilis bulan keenam, September bulan ketujuh, October bulan kedelapan dan December bulan kesepuluh.
Adapun nama bulan Aprilis diambil dari kata Aperiri, sebutan untuk cuaca yang nyaman didalam musim semi, berdasarkan nama-nama tersebut diatas nampak bahwa pada  zaman dahulu permualaan bulan masehi diawali pada bulan maret. Hal ini erat kaitannya dangan musim dan pengaruhnya kepada tata kehidupan masyarakat di Eropa. bulan Maret (tepatnya 21 Maret) adalah permulaan musim semi. awal musim semi disambut dengan perayaan sukacita karena dipandang sebagai mulainya kehidupan baru, setelah selama 3 bulan mengalami musim dingin yang membosankan. jadi kedatangan musim semi ini dirayakan sebagai perayaan tahun baru setiap tahun.
Jumlah 10 bulan dalam satu tahun seperti diatas,  kemudian berkembang menjadi 12 bulan, yang berarti ada tambahan 2 bulan, yaitu bulan Januarius dan Februarius. Januarius adalah nama yang  berasal dari nama dewa Janus, dewa ini berwajah dua, menghadap kemuka dan kebelakang, hingga dapat memandang masa lalu dan masa depan, sebab itu Januarius ditetapkan sebagai bulan pertama. Sedangkan Februarius diambil dari upacara Februa, yaitu upacara semacam bersih desa atau ruwatan untuk menyambut kedatangan musim semi. dengan ini Februarius menjadi bulan yang kedua, sebelum musim semi datang pada bulan Maret.
Demikianlah, maka bulan-bulan yang terdahulu posisinya menjadi bergeser dua bulan  dan susunannya menjadi : Januarius, Februarius, Martius, Aprilis, Maius, Junius, Quintrilis, Sextilis, September, October, November dan December, sehingga pada ahkhirnya, nama-nama Quintrilis sampai December menjadi tanpa arti, karena posisi dalam urutan kedudukannya yang baru didalam sejarah tidak lagi sesuai dengan arti yang sebenarnya, sistem yang dipakai waktu itu belum merupakan sistem matahari murni, masih banyak kesalahan atau ketidak-cocokan yang makin jauh melesetnya.
Maklumat Julius Caesar
Pada saat Julius Caesar berkuasa kemelesetan telah mencapai 3 bulan dari patokan yang seharusnya. Lalu dalam kunjungan ke Mesir tahun 47 SM, Julius Caesar sempat menerima anjuran dari para ahli perbintangan Mesir untuk memperpanjang tahun 46 SM menjadi 445 hari dengan menambah 23 hari pada bulan Februari dan menambah 67 hari antara bulan November dan December. Rupanya ini merupakan tahun pertama dalam sejarah, namun adanya kekacauan selama 90 hari  itu, perjalanan tahun kembali cocok dengan musim.
Sekembali ke Roma Julis Caesar mengeluarkan maklumat penting dan berpengaruh luas hinga kini yakni penggunaan sistem matahari dalam sistem penanggalan seperti yang dipelajarinya dari Mesir.  Adapun isi keputusannya adalah, Pertama, setahun berumur 365 hari, karena  bumi mengelilingi matahari selama 365,25 hari, sebenarnya terdapat kelebihan 0,25x24jam = 6 jam setiap tahun.  Kedua setiap 4 tahun sekali, umur tahun  tidak 365 hari, tetapi 366 hari, disebut tahun kabisat. Tahun kabisat ini sebagai penampungan kelebihan 6 jam setiap tahun yang dalam 4 tahun menjadi 4x6=24 jam atau 1 hari.
Penampungan sehari tiap tahun kabisat ini dimasukkan dalam bulan Februari, yang pada tahun biasa berumur 29 hari, pada tahun kabisat menjadi 30 hari. Sebagai peringatan atas jasa Julius Caesar dalam melakukan penyempurnaan sejarah itu, maka sejarah tersebut disebut sejarah Julian. dengan menganti nama bulan ke-5 yang semula Quintilis menjadi Julio, yang kita kenal sebagai bulan Juli. Untuk mengabadikan namanya, Kaisar Augustus, yang memerintah setelah Julius Caesar, merubah nama keenam Sextilis menjadi Augustus. perubahan itu diikuti dengan menambah umur bulan Augustus menjadi 31 hari, karena sebelumnya bulan Sextilis umurnya 30 hanya hari saja, penambahan satu hari itu diambilkan dari bulan Februari, karena itulah bulan Februari umurnya hanya 29 hari atau 28 hari pada tahun kabisat.
Sementara waktu berjalan terus dan sejarah Julian yang sudah tampak mulai sempurna itu, lama-lama memperlihatkan kemelesetan juga. Bila pada zaman Julius Caesar jatuhnya musim semi mundur hampir 3 bulan, kini musim semi justru dirasakan maju beberapa hari dari patokan. akhirnya kemelesetan itu dapat diketahui sebab-sebanya, kala revolusi bumi yang semula dianggap 365.25 hari, ternyata tepatnya 365 hari, 5 jam, 56 menit kurang beberapa detik, jadi ada kelebihan menghitung 4 menit setiap tahun yang makin lama makin banyak jumlanya. atas kemelesetan itu, Paus Gregious XIII pimpinan Gereja Katolik di Roma pada tahun 1582 melakukan koreksi dan mengeluarkan sebuah keputusan bulat :
Pertama, Angka tahun pada abad pergantian, yakni angka tahun yang diakhiri 2 nol, yang tidak habis dibagi 400, misal 1700, 1800 dsb, bukan lagi sebagai tahun kabisat (catatan: jadi tahun 2000 yang habis dibagi 400 adalah tahun kabisat), Kedua untuk mengatasi keadaan darurat pada tahun 1582 itu diadakan pengurangan sebanyak 10 hari jatuh pada bulan October, pada bulan Oktober 1582 , setelah tanggal tgl 4 Oktober langsung ke tanggal 14 oktober pada tahun 1582 itu. Ketiga sebagai pembaharu terakhir Paus regious XIII meneapkan 1 Januari sebagai tahun baru lagi. berarti pada perhitungan rahib Katolik, Dionisius Exoguus tergusur. tahun baru bukan lagi 25 Maret seiring dengan pengertian nabi Isa. as (Yesu) lahir pada tgl 25, dan permualaan musim semi pada bulan Maret.
Dengan keputusan tersebut diatas, khususnya yang menyangkut tahun kabisat, koreksi hanya akan terjadi setiap 3323 tahun, karena dalam jangka tahun 3323 tahun itu kekuarangan beberapa detik tiap tahun akan terkumpul menjadi satu hari, berarti bila tidak ada koreksi, tiap 3323 tahun jatuhnya musim semi maju satu hari dari patokan, dalam perkembangannya, sejarah masehi dapat diterima oleh seluruh dunia untuk perhitungan dan pendokumentasian waktu secara internasional.

Sejarah tahun Masehi yang dipakai secara internasional sekarang ini ternyata bukan perhitungan tahun Masehi secara murni. tetapi perhitungan berdasarkan Astrologi Mesopotamia yang dikembangkan oleh astronum-astronum para penyembah dewa-dewa. maka nama-nama bulanpun memakai nama dewa dan tokoh-tokoh penceus sejarah kalender Masehi. (disadur dari beberapa sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar