Oleh : Ust. Hefni Zain.
Seperti biasa,
setiap menjelang pilkades, pilkada, pemilu dan Pileg, para kandidat mulai sibuk
mempengaruhi rakyat mencari dukungan. Rakyat kecil juga mulai
dimanjakan, diingat, dan bahkan dibodohi. Berbagai bantuan “tidak ikhlas” mulai
ditabur, . Para
pemilih hendaknya cermat dan berhati-hati dalam menentukan pilihan, sekali
salah pilih, implikasinya akan terasa hingga beberapa tahun ke depan.
Secara umum prilaku
manusia selalu bersumber pada tiga hal, yakni : nafsu, emosi dan otak (akal).
Nafsu berpusat pada sulbi, darinya muncul energi, hasrat dan keinginan. Emosi berpusat
di jantung, darinya mengalir darah, semangat, ambisi dan keberanian. Sedangkan
otak (baca : akal) terletak di kepala, darinya melahirkan pemikiran, intelek
dan pengetahuan.
Manusia yang dikuasai sulbinya, ia menjadi
rakus, hiper dan selalu mengejar kekayaan dengan segala cara, baginya kebajikan
tertinggi adalah “kepemilikan”. Manusia jenis ini sangat cocok dididik menjadi
pengusaha. Sementara manusia yang
dikuasai jantungnya, ia menjadi kasar,
sangar dan selalu berusaha mencari kemenangan. Baginya
kebajikan tertinggi terletak pada “penaklukan”. Manusia jenis ini sangat cocok
menjadi prajurit tempur atau pendekar di dunia persilatan.
Tentu saja ada manusia istimewa yang dikuasai
kepalanya, ia tidak tertarik pada kekuasaan, kekayaan dan kemenangan. Tempat
terindah baginya bukan di dunia usaha, bukan pula di arena pertempuran, tetapi
ditempat sunyi saat ia melahirkan
gagasan-gagasan cemerlangnya. Baginya kebajikan tertinggi adalah kearifan.
Manusia jenis inilah yang paling cocok menjadi pemimpin yang mengatur masyarakat dan pemerintahan.
Celaka bila manusia sulbi menjadi pemimpin,
karena ia akan menjadikan rakyatnya
sebagai alat komoditas. Isu kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan rakyatnya
akan dijadikan “mesin ATM” yang dapat meraup keuntungan besar. Pemimpin model ini abai terhadap kesejahteraan rakyatnya, yang diburu
setiap hari adalah bagaimana dapat memenuhi keinginan biologisnya dengan cara
apapun, karena itu : berselingkuh,
memperkaya diri, korupsi dan aniaya adalah prilakunya sehari-hari, kendati
semua itu dilakukannya dengan cara yang halus, canggih dan dibungkus
dengan argumentasi yang sok ilmiyah. Sebagai sosok yang dikuasai sulbi, manusia jenis ini tidak pernah puas dengan
apa yang telah didapatkannya. Ia akan terus menumpuk kekayaan
sebanyak-banyaknya, mempertahankan kekuasaan sekuat-kuatnya dan memelihara
gundik dimana-mana.
Celaka juga bila manusia jantung menjadi
pemimpin, sebab rakyatnya akan dijadikan bamper bagi terwujudnya ambisi untuk
sebuah penaklukan dan popularitas. Sebagai seorang yang menjadikan penaklukan”,
sebagai kebajikan tertinggi, dia bertangan besi, tempramental, pendendam, dan
selalu su’udzan. Maka siapapun yang menentangnya akan segera disingkirkannya.
Manusia jenis ini hanya bertujuan satu hal dalam hidupnya, yakni mengalahkan
lawan-lawannya. Ia menganggap semua orang yang tidak sejalan dengannya adalah
pesaing yang mesti dihabisi. Yang dominan dalam otaknya hanya dua kata : Win and Los.
Rakyat akan
selamat, jika manusia kepala yang menjadi pemimpin, yakni manusia yang memiliki
kearifan dan hikmah, indikatornya, adalah
: mempunyai ketinggian moralitas, kelembutan hati, berprilaku jujur, ikhlas,
sederhana dan jauh dari kemewahan. Manusia jenis ini biasanya disebut Masyahidul
Israqiyah (kelompok manusia tercerahkan). Hanya orang yang memimpin dengan
hikmah yang berpeluang mewujudkan terciptanya tatanan masyarakat yang khoir dan salamah, yang terbebas dari
berbagai bentuk diskriminasi dan eksploitasi.
Dalam konteks keIndonesiaan, pemimpin
yang baik bukanlah yang berdiri di tabung kaca melainkan yang mengalir didalam
denyut nadi rakyatnya sebagai pusat energi yang menciptakan gelombang
metabolisme rohani rakyatnya, pemimpin yang baik bukanlah ditakuti bawahannya
melainkan dicintainya serta mampu membuat yang dipimpin memiliki kesadaran
mendalam untuk memimpin dirinya masing-masing.
Karena itu
salah satu indikator prilaku pemimpin yang baik adalah bukan saja yang
melakukan open house atau open SMS untuk menyerap keluhan,
harapan, tuntutan dan aspirasi murni masyarakatnya, tetapi juga yang membuka
hati (open heart) seluas-luasnya
bagi rakyatnya, yang dengan itu akan terjadi silatur ruh atau sambung batin
yang kuat antara hati sang pemimpin
dengan hati rakyatnya sehingga ia merasakan apa yang dirasakan rakyatnya dan
begitu pula sebaliknya, termasuk dalam konteks ini pemimpin yang baik adalah
mereka yang merasa legowo bila dikritik, diingatkan atau bahkan didemo oleh
rakyatnya sebagai wujud apresiasi cinta
demi kemakmuran bersama.
Pemimpin yang
baik bukan yang enjoy mempunyai pembisik yang selalu membenarkan tindakannya,
tetapi yang selalu berkata benar dihadapannya. Pemimpin yang baik adalah mereka
yang memulai gerakan kepemimpinannya dengan bukti bukan dengan janji, ia
memberikan semua yang dimilikinya dan tidak berharap apapun bagi dirinya
kecuali kesejahteraan rakyatnya, ia laksana pohon buah di pinggir jalan,
meskipun sering dilempari dengan batu, ia tidak berhenti menghadiahkan banyak
buah matang bagi semua orang. Baginya kejujuran lebih utama dari sekedar
memperoleh kekuasaan, bukan demi memperoleh kekuasaan lalu menghalalkan segala cara.
Bagi pemimpin
jenis
ini, tiada yang lebih diutamakan selain rakyatnya, baginya makna terdalam dari
hidupnya adalah menyatukan dirinya dengan rakyat yang dipimpinnya, hanya
rakyatnya yang penting, yang utama, yang ujung dari segala ujung tujuan kepemimpinannya.
Karenanya pekerjaan utama pemimpinjenis ini adalah meninggikan dan
mendahulukan kehendak rakyatnya diatas segalanya, bahkan ia akan rela melakukan
atau mengorbankn apa saja demi rakyat kemakmuran rakyat yang dicintainya.
Saya kira tidak
mungkin rakyat dapat belajar hidup sederhana kalau para pemimpinnya berlomba
mengejar kemewahan, tidak mungkin rakyat dapat hidup sejahtera bila para pemimpinnya
tidak menjadikan kesejahteraan rakyat sebagai orientasi kepemimpinannya. Intinya,
untuk mendapatkan kepercayaan rakyatnya, seorang pemimpin mesti menunjukkan
keteladanan, kearifan, ketinggian akhlak dan kelembutan hati, juga berprilaku
jujur, hidup sederhana dan jauh dari berbagai bentuk kemewahan. Saatnya
para pemimpin belajar banyak, karena rakyat telah mengalami banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar