Ust. Hefni Zain
Sejarah Masehi memiliki akar dan
ikatan yeng kuat dengan tradisi astrologi Mesir kuno, Mesopotamia, Babelonia, Yunani antik dan Romawi tua serta dalam
perjalanannya mendapat intervensi Gereja. Sejarah Masehi adalah sejarah yang
dipakai secara internasinal, dan oleh kalangan
gereja dinamakan Anno Domini (AD) terhitung sejak kelahiran nabi
Isa as (Yesus). semula biarawan Katolik, Dionisius Exoguus pada tahun 527 M
ditugaskan pimpinan Gereja untuk membuat perhitungan tahun dengan titik tolak
tahun kelahiran Nabi Isa as (Yesus).
Masa sebelum kelahiran Nabi Isa as (Yesus)
dinamakan masa sebelum masehi. Semua peristiwa dunia sebelumnya dihitung mundur
alias minus. Dengan sebuah gagasan teologis Nabi Isa as (Yesus) sebagai
penggenapan dan pusat sejarah dunia. Tahun kelahiran Nabi Isa. as (Yesus)
dihitung tahun pertama atau awal perjanjian baru. Sejarah yang berdasarkan
sistem matahari ini sebelum menjadi sempurna seperti yang kita kenal sekarang
mengalami sejarah yang cukup panjang, sejak zaman Romawi, jauh sebelum
pemerintahan Julis Caesar.
Ada yang menyebutkan bahwa sistem
perhitungan bulan (penanggalan) masehi lahir dari rahim ilmu astrologi
yakni ilmu tentang pergerakan
benda-benda langit seperti matahari, bulan dan rasi bintang. Menurut sebagian
ahli sejarah, astrologi adalah ilmu yang berkembang sejak jaman pemerintahan
Babelonia kuno, kira-kira tahun 2000 sebelum masehi. Ilmu ini pertamakali
berkembang di Mesapotamia, yakni daratan diantara sungai Tigris dan Eufrat,
daerah asal orang Babelonia kuno (kini Irak tenggara).
Semula para ahli perbintangan
mempelajari benda-benda langit hanya untuk ramalan umum mengenai masa depan. Kemudian
suku bangsa Babel mengembangkan suatu sistem yang menghubungkan perubahan musim
dengan kelompok-kelompok bintang tertentu yang disebut rasi atau konstelasi. Mereka
mengembangkan sistem tersebut untuk menghitung penanggalan hari dan menggambar
horoskop perorangan.
Awalnya jumlah bulan-bulan masehi dalam
satu tahun yang berlaku pada masyarakat Romawi hanya berjumlah 10 bulan saja,
yaitu : (1) Martius (Maret), (2) Aprilis (April), (3) Maius (Mei), (4) Junius (
Juni), (5) Quintrilis ( Juli), (6) Sextilis (Agustus), (7) September
(September), (8) October (Oktober), (9) November (Nopember), dan (10) December
(Desember).
Seperti halnya dengan nama hari,
pemberian nama sebagian bulan Masehi adalah mengacu pada nama-nama Dewa bangsa
Romawi. Misalnya : bulan Martius (Maret) diambil dari nama Dewa Mars, bulan
Maius (Mei) diambil dari nama dewa Maia dan bulan Junius (Juni) diambil dari nama dewa Juno. Sedangkan nama-nama
Quintrilis (Juli), Sextrilis (Agustus), September, October, November dan
December adalah nama yang diberikan berdasarkan angka urutan susunan bulan. Quintrilis
berarti bulan kelima, Sextilis bulan keenam, September bulan ketujuh, October
bulan kedelapan dan December bulan kesepuluh.
Adapun nama bulan Aprilis diambil dari
kata Aperiri, sebutan untuk cuaca yang nyaman didalam musim semi, berdasarkan
nama-nama tersebut diatas nampak bahwa pada zaman dahulu permualaan bulan masehi diawali
pada bulan maret. Hal ini erat kaitannya dangan musim dan pengaruhnya kepada
tata kehidupan masyarakat di Eropa. bulan Maret (tepatnya 21 Maret) adalah
permulaan musim semi. awal musim semi disambut dengan perayaan sukacita karena
dipandang sebagai mulainya kehidupan baru, setelah selama 3 bulan mengalami
musim dingin yang membosankan. jadi kedatangan musim semi ini dirayakan sebagai
perayaan tahun baru setiap tahun.
Jumlah 10 bulan dalam satu tahun
seperti diatas, kemudian berkembang
menjadi 12 bulan, yang berarti ada tambahan 2 bulan, yaitu bulan Januarius dan
Februarius. Januarius adalah nama yang berasal dari nama dewa Janus, dewa ini
berwajah dua, menghadap kemuka dan kebelakang, hingga dapat memandang masa lalu
dan masa depan, sebab itu Januarius ditetapkan sebagai bulan pertama. Sedangkan
Februarius diambil dari upacara Februa, yaitu upacara semacam bersih desa atau
ruwatan untuk menyambut kedatangan musim semi. dengan ini Februarius menjadi
bulan yang kedua, sebelum musim semi datang pada bulan Maret.
Demikianlah, maka bulan-bulan yang
terdahulu posisinya menjadi bergeser dua bulan
dan susunannya menjadi : Januarius, Februarius, Martius, Aprilis, Maius,
Junius, Quintrilis, Sextilis, September, October, November dan December,
sehingga pada ahkhirnya, nama-nama Quintrilis sampai December menjadi tanpa
arti, karena posisi dalam urutan kedudukannya yang baru didalam sejarah tidak lagi
sesuai dengan arti yang sebenarnya, sistem yang dipakai waktu itu belum
merupakan sistem matahari murni, masih banyak kesalahan atau ketidak-cocokan yang
makin jauh melesetnya.
Maklumat Julius Caesar
Pada saat Julius Caesar berkuasa
kemelesetan telah mencapai 3 bulan dari patokan yang seharusnya. Lalu dalam
kunjungan ke Mesir tahun 47 SM, Julius Caesar sempat menerima anjuran dari para
ahli perbintangan Mesir untuk memperpanjang tahun 46 SM menjadi 445 hari dengan
menambah 23 hari pada bulan Februari dan menambah 67 hari antara bulan November
dan December. Rupanya ini merupakan tahun pertama dalam sejarah, namun adanya
kekacauan selama 90 hari itu, perjalanan
tahun kembali cocok dengan musim.
Sekembali ke Roma Julis Caesar
mengeluarkan maklumat penting dan berpengaruh luas hinga kini yakni penggunaan
sistem matahari dalam sistem penanggalan seperti yang dipelajarinya dari Mesir. Adapun isi keputusannya adalah, Pertama,
setahun berumur 365 hari, karena bumi
mengelilingi matahari selama 365,25 hari, sebenarnya terdapat kelebihan
0,25x24jam = 6 jam setiap tahun. Kedua
setiap 4 tahun sekali, umur tahun tidak
365 hari, tetapi 366 hari, disebut tahun kabisat. Tahun kabisat ini sebagai
penampungan kelebihan 6 jam setiap tahun yang dalam 4 tahun menjadi 4x6=24 jam
atau 1 hari.
Penampungan sehari tiap tahun
kabisat ini dimasukkan dalam bulan Februari, yang pada tahun biasa berumur 29 hari,
pada tahun kabisat menjadi 30 hari. Sebagai peringatan atas jasa Julius Caesar
dalam melakukan penyempurnaan sejarah itu, maka sejarah tersebut disebut sejarah
Julian. dengan menganti nama bulan ke-5 yang semula Quintilis menjadi Julio, yang
kita kenal sebagai bulan Juli. Untuk mengabadikan namanya, Kaisar Augustus, yang
memerintah setelah Julius Caesar, merubah nama keenam Sextilis menjadi
Augustus. perubahan itu diikuti dengan menambah umur bulan Augustus menjadi 31 hari,
karena sebelumnya bulan Sextilis umurnya 30 hanya hari saja, penambahan satu
hari itu diambilkan dari bulan Februari, karena itulah bulan Februari umurnya
hanya 29 hari atau 28 hari pada tahun kabisat.
Sementara waktu berjalan terus dan sejarah
Julian yang sudah tampak mulai sempurna itu, lama-lama memperlihatkan
kemelesetan juga. Bila pada zaman Julius Caesar jatuhnya musim semi mundur
hampir 3 bulan, kini musim semi justru dirasakan maju beberapa hari dari
patokan. akhirnya kemelesetan itu dapat diketahui sebab-sebanya, kala revolusi
bumi yang semula dianggap 365.25 hari, ternyata tepatnya 365 hari, 5 jam, 56
menit kurang beberapa detik, jadi ada kelebihan menghitung 4 menit setiap tahun
yang makin lama makin banyak jumlanya. atas kemelesetan itu, Paus Gregious XIII
pimpinan Gereja Katolik di Roma pada tahun 1582 melakukan koreksi dan
mengeluarkan sebuah keputusan bulat :
Pertama, Angka tahun pada abad pergantian,
yakni angka tahun yang diakhiri 2 nol, yang tidak habis dibagi 400, misal 1700,
1800 dsb, bukan lagi sebagai tahun kabisat (catatan: jadi tahun 2000 yang habis
dibagi 400 adalah tahun kabisat), Kedua untuk mengatasi keadaan darurat pada
tahun 1582 itu diadakan pengurangan sebanyak 10 hari jatuh pada bulan October, pada
bulan Oktober 1582 , setelah tanggal tgl 4 Oktober langsung ke tanggal 14
oktober pada tahun 1582 itu. Ketiga sebagai pembaharu terakhir Paus
regious XIII meneapkan 1 Januari sebagai tahun baru lagi. berarti pada
perhitungan rahib Katolik, Dionisius Exoguus tergusur. tahun baru bukan lagi 25
Maret seiring dengan pengertian nabi Isa. as (Yesu) lahir pada tgl 25, dan
permualaan musim semi pada bulan Maret.
Dengan keputusan tersebut diatas,
khususnya yang menyangkut tahun kabisat, koreksi hanya akan terjadi setiap 3323
tahun, karena dalam jangka tahun 3323 tahun itu kekuarangan beberapa detik tiap
tahun akan terkumpul menjadi satu hari, berarti bila tidak ada koreksi, tiap
3323 tahun jatuhnya musim semi maju satu hari dari patokan, dalam
perkembangannya, sejarah masehi dapat diterima oleh seluruh dunia untuk
perhitungan dan pendokumentasian waktu secara internasional.
Sejarah tahun Masehi yang dipakai
secara internasional sekarang ini ternyata bukan perhitungan tahun Masehi
secara murni. tetapi perhitungan berdasarkan Astrologi Mesopotamia yang
dikembangkan oleh astronum-astronum para penyembah dewa-dewa. maka nama-nama
bulanpun memakai nama dewa dan tokoh-tokoh penceus sejarah kalender Masehi. (disadur dari beberapa sumber)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar