Islam adalah agama pemersatu,
agama yang telah mempersatukan dan membangun tali persaudaraan di antara
beragam suku Arab yang terus menerus bertikai kala itu. Hijrah Nabi Muhammad ke
Kota Yatsrib yang kini disebut dengan Madinah itu secara jelas memanifestasikan
hakikat Islam sebagai agama pemersatu, rekonsiliatif, toleran dan pluralis. Hasan Ali an-Nadwi dalam bukunya tentang kehidupan Nabi Muhammad Rasulullah, mempersembahkan satu bab lengkap mengenai gambaran
rinci ihwal struktur sosial Madinah ketika Nabi dan para sahabatnya dari Mekah
menetap disana bersama saudara mereka yang merupakan penghuni tetap kota
tersebut. Dia menunjukkan Madinah adalah kota dengan beragam keyakinan, budaya,
etnik, bahasa, suku dan kelompok sosial yang memberikan kota itu suatu lanskap
plural yang kaya dan penuh warna. Hal ini jelas
berbeda dengan situasi Mekah yang bersifat monolitik. Fakta ini menunjukkan
bahwa Islam justru dapat tumbuh besar di lingkungan yang tidak monolitik, suatu
lingkungan yang terbuka dan menerima perbedaan pandangan dan keyakinan.
Didalam
lanskap multikultural yang seperti inilah Islam
dapat hadir dalam kekuatan penuh. Sebaliknya, di Mekah, Islam menjadi agama
yang tersisihkan karena masyarakat Mekah pada umumnya tertutup dan statis.
Masyarakat Mekah tidak mengenal perbedaan dan keberagaman. Fakta ini
membenarkan teori yang menyatakan bahwa Islam adalah agama terbuka, yang akan
tumbuh jauh lebih pesat di milieu yang dinamis dan heterogen. Oleh sebab itu,
praduga bahwa Islam adalah agama monolitik yang tidak mendukung keberagaman
pandangan dan penafsiran adalah miskonsepsi yang nyata.
Dalam upaya membangun harmoni peradaban, setiap agama
dapat mengambil nilai-nilai universal yang terdapat dalam masing-masing agamanya
lalu dipertemukan dengan agama lain dengan cara mengedepankan kesadaran tentang
apa yang bisa dikonstribusikan bagi kemanusiaan dan peradaban. Dalam konteks
ini agama-agama harus melampaui nilai-nilai partikular yang hanya berfungsi
sebagai acuan doktrinal dan memberikan kesetiaan internal yang tertutup bagi
para pemeluknya. Kesetiaan partikular hanya mendahulukan
kepentingan-kepentingan agamanya sendiri dan mengabaikan
kepentingan agama lain. Hal ini tentu
bersifat destruktif terhadap upaya memperlakukan pemeluk
agama apapun secara sederajat.
Karena itu nilai partikular harus
ditransformasi menjadi kesetiaan universal yang bersifat terbuka terhadap
kepentingan kemanusiaan dan harmoni peradaban, disinilah pentingnya sebuah
agama sipil atau agama madani yang dapat memberikan kesetiaan tunggal pada kemanusiaan
dan harmoni peradaban sebagai orientasi bersama bagi semua agama. Inilah arti penting agama madani. Agama-agama tidak bisa
terus-terusan tampil secara pasif-eksklusif untuk mengurusi urusan-urusan
partikular umat saja, pun demikian, mereka bisa terus menerus melakukan political
aproach yang aktif-konfrontatif untuk memperjuangkan
kepentingan-kepentingannya sendiri. Agama-agama harus bertransformasi kearah pendekatan aktif-inklusif bersama agama-agama lain berpartisipasi membangun harmoni peradaban yang notabene
merupakan kepentingan manusia universal. Inilah jalan agama madani, agama sipil.
Unsur utama dalam agama madani adalah nilai-nilai
agama universal yang ditarik dari masing-masing ajaran agama menjadi
seperangkat doktrin yang lengkap yang disumbangkan oleh banyak agama untuk
kemanusiaan. Artinya dari referensi subjektif masing-masing agama, kemudian
ditarik nilai-nilai obyektifnya sebagai seperangkat norma universal yang di share
bersama menjadi titik temu
universal agama-agama, dimana norma-norma etis yang bersifat general yang
berasal dari ajaran masing-masing agama dirumuskan bersama sebagai common
denominator. Hal ini sejalan dengan konsep kalimat al-Sawa (titik temu bersama),
yakni prinsip tentang perlunya agama-agama bertemu pada suatu kesepakatan nilai
bersama untuk berkhidmat pada Tuhan yang sama demi kemaslahatan umat manusia.
Inilah inti gagasan agama Madani. Dalam kerangka seperti ini, semua agama
memiliki kedudukan yang sama untuk ikut menyumbangkan nilai-nilai dan bersekutu
untuk memperjuangkannya di tingkat publik.
Agama madani relevan dikembangkan
di Indonesia, sebab model ini dapat menyatukan bangsa yang sudah lama
tercabik-cabik oleh paham dan ragam keagamaan. ”Agama madani bisa melakukan
transformasi dari saling menghakimi, menjadi memahami, dan kemudian saling
mengalami. Pada tingkat paling tinggi, para pemeluk agama dapat menikmati
kehadiran orang lain sebagai niscaya,” dari sini agama-agama diharapkan dapat
mewujudkan masyarakat harmonis, adil dan makmur. Wacana Agama madani berpusat
pada kasih sayang kepada sesama manusia sehingga kesalehan diukur dari kadar
cinta seseorang kepada sesama. Setiap pemeluk agama bisa memberikan makna dalam
kehidupannya dengan berkhidmat pada kemanusiaan.
Dalam konteks Indonesia yang berazaskan pancasila,
agama madani tidaklah
bersifat dominasional dan partikular, tetapi konstributif dan universal, sehingga semua agama yang ada di negeri ini bisa memberikan kontribusinya untuk kemaslahatan universalitas kemanusiaan. Karena itu gagasan
tentang negara Islam, kekhalifahan Islam, atau syariah Islam tidak diakomudasi dalam agama madani, sebab gagasan seperti
itu bersifat partikular dan subjektif; hanya ditujukan untuk kalangan internal
Muslim. Agenda agama madani bukan
seperti itu. Agenda agama madani adalah
untuk kemaslahatan yang lebih luas.
Begitu juga, agama madani tidak dimaksudkan untuk
ditundukkan di bawah suatu otoritas politik apapun, atau di bawah suatu rezim
apapun. Agama madani
adalah untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara, bukan kepentingan penyelenggara negara. Agama madani dimaksudkan untuk memberikan justifikasi etis dan rasional bagi perjuangan bersama menyejahterakan bangsa. Ini
semacam kerangka politik etis untuk memberantas korupsi yang merusak negeri
ini, menentang kapitalisme global yang menyingkirkan pedagang-pedagang kecil,
menentang tipu muslihat privatisasi demi kepentingan neo-liberalisme. Biasanya kebanyakan orang menentang kapitalisme global dengan
ideologi sosialisme, namun dengan agama madani, kita bisa melawan globalisasi
neolib berdasarkan landasan agama dan negara sekaligus.
Dibawah panji agama madani, agama-agama bisa bertemu, misalnya dalam
memandang pancasila. Semua agama di Indonesia, pada hakikatnya menginginkan
pancasila menjadi perwujudan dari seluruh nilai-nilai yang disepakati oleh
berbagai pemeluk agama. Karena itu pancasila itu hanya sebagai pijakan, sebab
inti sebenarnya adalah agama madani di balik pancasila, yang mampu menyediakan
keyakinan dan memberikan inspirasi
kepada para pemeluk agama untuk mendukung nilai-nilai universal yang terkandung
dalam pancasila. Dengan Islam Madani untuk orang Islam, Kristen Madani untuk
orang Kristen, Hindu Madani untuk umat Hindu, Buddhis, Konghucu dan seterusnya, kita berpikir bahwa
Pancasila akan mendapatkan dukungan agama-agama secara penuh. Dengan demikian,
maka saya sebagai muslim misalnya, menginginkan mayoritas kaum muslimin di
negeri ini membela negara berdasarkan nilai-nilai Islam, dan pada saat yang
bersamaan nilai-nilai Islam yang kita bela itu akan dibela juga oleh pemeluk
agama yang lain.
Maka cita-cita agama madani di Indonesia sesungguhnya
sederhana saja, yakni agar semua orang merasa bahwa mencintai negara adalah
bagian dari iman. dengan bahasa populer, agama madani berlandaskan hubbul
wathan minal iman, (mencintai tanah air ialah bagian dari iman), Karena itu, musuh agama madani adalah korupsi,
penindasan, kriminalisasi, pencucian uang dan segala hal yang menyebabkan
negara mengalami malfungsi. Intinya segala sesuatu yang menyebabkan Indonesia menjadi negara gagal, atau
menderita gagal-negara adalah musuh utama agama madani.
Dalam Islam, Islam madani berpusat pada karakter dan
akhlak. Tujuannya untuk membangun akhlak yang baik pada sesama manusia dalam
kehidupan yang majemuk. Bagi Islam Madani, Tuhan adil sehingga pasti memberi
pahala bagi siapa pun yang berbuat baik, apa pun agamanya. Hukuman diberikan
kepada yang berbuat jahat, apa pun agamanya. Apakah menolong orang menjadi amal
saleh karena pelakunya muslim, dan menjadi amal salah karena
pelakunya non muslim? Amal baik itu tetap baik bagi siapapun. Disini penilaian
didasarkan pada amal saleh dan kontribusinya terhadap kemanusiaan. Dengan agama
madani semua agama bisa bertemu, mengambil nilai-nilai universal dalam setiap
agama dengan mengedepankan apa yang bisa disumbangkan bagi kemanusiaan dan
peradaban.
Misi utama Islam madani adalah terwujudnya persatuan
dalam keragaman, sebab persatuan merupakan
langkah awal menuju kejayaan umat. Tidak ada satu negarapun yang maju tanpa persatuan
umat dan saling bekerjasama. Persatuan dan kejasama itu tidak dapat
dicapai kecuali dimulai oleh dorongan kecintaan dan empati antar sesama. Saat ini masyarakat sudah
bertambah pluralis, keterbukaan lewat internet membuat orang mudah mengenal dan
memahami kelompok lain. Itu pengantar efektif untuk mendorong orang menjadi
madani dalam kehidupan global. #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar