Minggu, 29 Juni 2014

PUASA BICARA ; MEMILIH PEMIMPIN DENGAN SUARA HATI

Ust. Hefni zain

Sebagaimana dimaklumi bahwa puasa hanya diperuntukkan kepada orang-orang yang beriman (Qs.2 : 183), dan diantara tanda orang beriman adalah mereka yang hanya berbicara yang baik atau diam saja (hadist). Yang dimaksud puasa bicara adalah meninggalkan pembicaraan yang tidak berguna. Ciri mukmin sejati adalah menghindarkan pembicaraan yang tidak ada manfaatnya. Puasa itu adalah junnah,  maka apabila seseorang  berpuasa  janganlah berbicara keji, kotor, provokatif, jahil dan hingar bingar. Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan zur (dusta, umpat, fitnah, jahil, propokatif dan segenap perbuatan yang mendatangkan murka Allah) maka tiada hajat bagi Allah ia meninggalkan makanan dan minumannya.
Sesungguhnya Tuhan setiap saat memberi isyarat-isyarat gaib-Nya kepada kita melalui hati kita. Jika mulut kita terlalu bising karena banyak bicara, maka isyarat-isyarat gaib itu akan lirih bahkan hening karena terhalang oleh riuhnya  suara mulut kita. Bila kita puasa bicara, Tuhan akan memperdengarkan kepada kita dengan nyaring, jelas dan jernih suara hati nurani kita. Lewat hati, yang merupakan taman Tuhan dalam diri kita, Tuhan meenyampaikan petunjuk-Nya. Karena kita terlalu banyak bicara, kita tidak lagi sanggup mendengar suara Tuhan dalam hati nurani kita. Kita menjadi tuli, karena mulut kita terlalu bising. 
Jika kita puasa bicara, itu berarti kita membuka ruang yang lapang bagi hati kita untuk bicara lebih banyak. Sebenarnya kita memiliki hati yang selalu mengajak kita berbicara (Qs. Al-Qiyamah: 2). Ketika mulut seseorang terlalu banyak bicara, ia tidak akan dapat mendengar suara hati nuraninya. Suara hatinya tersumbat oleh riuhnya suara-suara mulutnya sendiri. Bila kita terlalu banyak bicara, kita takkan mampu untuk mendengarkan isyarat-isyarat gaib yang datang kepada kita. Suara mulut kita terlalu riuh sehingga isyarat-isyarat dari alam lahut tak terdengar oleh hati kita.       

            Bukankah selamatnya manusia tergantung pada lisannya.Ada saatnya kita bicara, ada saatnya kita mendengar, kita bicara agar orang lain dapat mengerti, kita mendengar agar kita bisa memahami. Maka diam bukan berarti Lemah. Kadang kita tahu apa yang harus dikatakan, tapi kita tak ingin melukai perasaan seseorang. Pada titik inilah maka kerendahan seseorang dapat diketahui melalui dua hal : banyak bicara tentang hal-hal yang tidak berguna, dan suka bercerita banyak hal padahal tidak ditanya.Itulah sebabnya  Tuhan memberi kita dua telinga dan satu mulut, agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara. Maka pilihlah pemimpin berdasarkan isyarat Tuhan pada hati kita, bukan dari suara orang-orang yang mencari rejeki dengan jalan banyak bicara (kampanye). Syaratnya kita harus puasa bicara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar