Hefni Zain
Adalah obsesi setiap muslim untuk selalu mendapatkan
syafaat Nabi Muhammad saw, selalu dekat dengan beliau, diakui sebagai pengikut
setianya dan dikumpulkan bersamanya di akherat kelak, dan tidak ada seorangpun
diantara kita yang menghendaki jauh dari beliau, sebab sejatinya tidak ada yang
dapat kita andalkan dari amal kita dihadapan Allah tanpa syafaat beliau,
terlalu banyak dosa dan kelemahan kita
dan terlalu sedikit amal sholeh kita untuk dipamerkan di hadapan Allah
swt, maka satu satunya harapan kita yang masih tersisa untuk memperoleh
kehidupan yang baik adalah kasih sayang Allah swt juga syafaat Rasululloh
saw.
Namun demikian, terdapat lima perkara yang apabila kita
kita lakukan menurut beliau dapat menyebabkan
posisi pelakunya jauh dari beliau, dan beliau jauh dari mereka. Dalam sebuah hadits, Nabi
saw bersabda : Akan datang suatu masa pada
umatku, mereka menncintai lima hal dan melupakan lima hal lainnya. Mereka
mencintai dunia tapi melupakan akibatnya (di akherat). Mencintai kemewahan tapi
melupakan siksa kubur, Mencintai harta benda tapi melupakan hisab Allah, Mencintai keluarganya tapi melupakan
kebenaran, Mencintai dirinya tapi
melupakan Allah swt. Kata Nabi mereka lepas dari syafatku dan
syafaatku lepas dari mereka.
Pertama, orang yang mencintai dunia tapi melupakan akherat.
Islam merupakan agama yang mengajarkan keseimbangan,
seimbang dalam urusan lahir dan bathin, material spiritual dan seimbang duniawi
ukhrawi. Dilukiskan dalam Qs. 28
: 77 “Carilah olehmu kebahagiaan akhirat, dan jangan lupakan
kebahagiaan dunia dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Nabi saw mengecam
orang orang yang mencintai dunia hingga melupakan akheratnya, karena sejatinya
dunia ini hanyalah tempat transit sementara guna mempersiapkan bekal untuk kita
bawa ke negeri asal kita, yakni negeri akherat. Diriwayatkan oleh ibnu majah, Nabi saw
bersabda “Aku dan dunia ibarat orang dalam perjalanan menunggang kendaraan,
lalu berteduh dibawah pohon untuk beristirahat dan setelah itu
meninggalkannya”. Islam mengajarkan umatnya hidup didunia tetapi tidak
meletakkan hatinya didunia, bekerja di dunia tetapi semata mata untuk
kepentingan akherat. Barang siapa pulang ke
kampung akherat tanpa bekal, maka seakan akan mereka mengarungi samudera tanpa
kapal.
Kedua, orang yang mencintai kemewahan tapi melupakan siksa
kubur.
Dalam sebuah hadits
rasululloh saw bersabda : Demi Allah bukanlah kemelaratan yang aku takuti bila
menimpa kalian, tetapi yang kutakuti adalah bila dilapangkannya harta bagi
kalian sebagaimana pernah dilapangkan bagi orang orang sebelum kalian, lalu
kalian berlomba sebagaimana mereka berlomba berebut kemewahan dan menumpuk
numpuknya, lalu kalian dibinasakan oleh Allah sebagaimana mereka dibinasakan
(Hr. Ahmad)
Dalam riwayat lain Nabi saw bersabda
Hiduplah sesukamu tapi sadarlah bahwa engkau akan mati, Cintailah apa yang dapat engkau cintai tapi sadarlah bahwa engkau akan berpisah dengannya.
Ketiga, orang
yang mencintai harta benda tapi melupakan hisab Allah.
Islam
adalah agama yang memberikan kebebasan kepada umatnya untuk memilih pola hidup
yang diinginkan, tetapi apapun pilihan yang diambil pasti akan dimintai
pertanggungan jawab di hadapan Allah swt, “Berbuatlah sekehendakmu tetapi
sadarlah bahwa engkau akan dibalas menurut perbuatanmu itu”.Dalam banyak
riwayat disebutkan “Tiap sesuatu terdapat ujian dan ujian terhadap umatku ialah
kecintaan terhadap harta benda” (Hr. Ibnu majah) “Sesungguhnya kecintaan
terhadap uang dinar dan dirham telah membinasakan orang orang sebelum kamu dan
dimasa yang akan datangpun tetap akan membinasakan (Hr. Tabrani) “Barang siapa
yang mencintai dan mengumpulkan harta
dengan tidak sewajarnya, maka Allah akan memusnahkannya dengan adzab (Hr.
baihaqi).
Islam
bukan mengajarkan umatnya menolak harta dan
tidak boleh memilikinya, yang
dianjurkan Islam adalah jangan sampai seseorang terlalu mencintainya sehingga
menjadikan dirinya diperbudak oleh hartanya itu. Bagi Islam manusia yang
baik adalah seseorang yang tidak
meletakkan kebahagiannya pada apa yang dimiliki melainkan pada pemanfaatannya,
Keempat, orang
yang mencintai keluarganya tapi
melupakan kebenaran.
kadang manusia kuat menahan godaan yang datang dari luar, tetapi tidak kuat bila
godaan itu berasal dari dalam. Kita kuat berperang melawan musuh yang kita
benci, tetapi tidak kuat ketika melawan yang dicinta. Dalam hidup keseharian,
betapa sering keinginan dan tuntutan keluarga mengalahkan nalar, pikiran dan
akal sehat. Bahkan tak jarang melaggar perintah Tuhan.
Kelima, orang
yang mencintai dirinya tapi melupakan
Allah swt.
Apa yang
membuat Iblis enggan bersujud pada Adam
tak lain adalah bentuk kecintaan terhadap dirinya yang berlebihan, ia
memandang dirinya lebih utama dari yang lain. Karena itu termasuk kafilah iblis
pihak pihak yang memandang lebih terhormat diri dan kelompoknya dari orang dan
kelompok lain, baik karena derajat, pangkat atau martabat, juga karena
silsilah, golongan darah atau trah.
Tidak jarang
kecintaan terhadap diri, mencelakakan seseorang karena yang bersangkutan akan
menempatkan kehendak dirinya diatas kehendak yang lain, termasuk kehendak Allah
sekalipun. Dalam Qs. 2 :
165), Allah berfirman: Dan diantara
manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman
amat sangat cintanya kepada Allah. Dalam Hadits Qudsi
ditegaskan :“Barang siapa yang mendahulukan kehendakKu diatas kehendaknya, maka
akan Aku pelihara dirinya, Aku atur urusan dunianya dan akan Aku luaskan rizkinya. Tetapi barang siapa yang
mendahulukan kehendaknya diatas kehendakKu, maka Aku akan cerai beraikan segala
urusannya”
Kini kendati
beliau telah wafat, tetapi hingga kini Beliau terus mengawasi apa yang kita lakukan dalam
kehidupan ini. Dalam
Qs At-Tawbah : 105 ditegaskan: Dan katakanlah ! Beramallah kalian, maka Allah
akan melihat amal kalian, juga Rasululloh #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar