Senin, 24 November 2014

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA RELIGI DI KABUPATEN JEMBER

Hefni  Zain
 Secara umum kajian ini difokuskan pada empat hal, pertama, Mengapa perlu pengembangan wisata religi di kabupaten Jember, kedua, Apa dan bagaimana manfaat pengembangan wisata religi  bagi masyarakat dan pemkab Jember, ketiga, Bagaimana kondisi wisata religi di kabupaten Jember saat ini, dan keempat, Bagaimana kesiapan pemkab Jember untuk mengembangkan wisata religi.
1.    Mengapa perlu pengembangan wisata religi di kabupaten Jember ?
a.       Sebagai respon terhadap UU.No.32 tahun 2004 tentang otoda.
Perubahan paradigma pembangunan dari sentralisasi menuju desentralisasi sebagaimnana tertuang dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang otoda, memberi kewenangan yang luas kepada daerah, kabupaten/kota (termasuk Jember) untuk menggali, mengeksplorasi, mengembangkan dan mengelola berbagai potensi yang dimilikinya sebagai modal pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat tanpa harus bergantung pada pemerintah pusat. Salah satu sektor strategis untuk dikembangkan adalah parawisata, yakni sektor potensial yang dapat mendatangkan devisa dari penghasilan non migas dan dapat memberikan efek kontributif terhadap bidang-bidang lainnya, seperti menciptakan  dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat dan  pemerintah, mendorong pelestarian local culture dan national culture dan pelestarian lingkungan hidup.
b.      Optimalisasi pendayagunaan potensi untuk kesehteraan masyarakat.
Sebagai kawasan yang dianugerahi keindahan alam, kaya keunikan seni dan budaya lokal serta tata kehidupan masyarakatnya, kabupaten Jember memiliki potensi wisata yang tergolong lengkap, mulai wisata alam, wisata bahari, wisata budaya, wisata sejarah, wisata pendidikan sampai wisata religi. Berbagai kekayaan ini musti dikembangkan dan dikelola secara optimal agar berpotensi menjadi kawasan tujuan wisata baik regional maupun mancanegara, Lebih-lebih secara geografis, kabupaten Jember berlokasi di jalur tengah dan berbatasan langsung dengan beberapa kabupaten lain yang menjadikan kabupaten Jember sebagai daerah transit yang strategis sebagai kawasan tujuan wisata.
Namun, berbagai potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan dan dikelola secara optimal sebagai objek wisata yang ideal, terutama sektor wisata religi. Padahal diantara distingsi dan exilence yang membedakan kabupaten Jember dengan lainnya, selain keramahan masyarakatnya dan keindahan alamnya, yang tak kalah penting adalah keunikan budayanya yang  religius paternalisitik, dimana kepatuhan pada sosok kyai tidak saja dilakukan saat kyai tersebut masih hidup, walau mereka telah wafat ratusan tahun, masyarakat tetap menaruh hormat. Budaya yang unik ini membuat wisata ziarah dan wisata majelis dzkir senantiasa eksis di wilayah kabupaten Jember.
Pada momen-momen tertentu terdapat banyak peziarah pada makam Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid Tanggul, Mbah Siddiq  Condro, Mbah Nur Kemuning Lor, KH Ali Wafa Tempurejo, KH Misrai Ledok Ombo,  KH Hafidz  Nogosari, KH Chotib Curah Kates dan KH Umar Sumber Bringin. Disampng itu, terdapat wisata majeleis dzikir yang setiap bulan dikunjungi banyak umat dari berbagai kalangan, misalnya; dzikir Manaqib di pesantren Al-Qodiri Gebang, dzikir Sholawat musawa di pesantren Al-Amin Ambulu, dzikir sholawat At-Taubah di Tanggul, dzikir sholawat Ghafilin di pesantren Astra dan  dzikir  Hizb Nasor di pesantren An-Nuriyah.
Bahkan dzikir Manaqib di pesantren Al-Qodiri yang digelar setiap malam Jum’at legi selalu dibanjiri ribuan umat dari berbagai daerah dan kalangan, dalam dan luar negeri. Menurut data pengurus  pesantren Al-Qodiri, hampir 80 % menteri dari kabinet Indonesia bersatu jilid satu dan dua pernah mengikuti dzikir di pesantren Al-Qodiri Jember, termasuk tokoh-tokoh nasional seperti ketua DPR RI, Ketua MA, ketua MK, Kapolri, dan pejabat tinggi negara lainnya, bahkan presiden Susilo Bambang Yudoyono tercatat dua kali menghadiri acara dimaksud. 
Realitas empiris ini merupakan indikator nyata dari besarnya potensi wisata religi di kabupaten Jember, baik wisata ziarah maupun wisata majelis dzikir. Dan jika potensi ini dieksplorasi, dikelola dan mendapat polesan publikasi media, bukan tidak mungkin dapat menambah daya tarik tersendiri bagi wisatawan religi dan wisatawan minat khusus untuk berkunjung ke Jember, sehingga berdampak positif pada sektor-sektor lainnya, seperti peningkatan pengetahuan dan pengalaman keagamaan, peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat, peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat.
c.       Sebagai upaya penanaman pola hidup seimbang.
Kabupaten Jember dikenal sebagai kota santri yang religius, saat ini memiliki 896 pesantren dan 25.271 kyai /ustadz, sebuah jumlah yang  jauh lebih banyak dari jumlah desa dan kelurahannya (yakni 225 desa dan 22 kelurahan), Bahkan jika semua pengasuh majelis ta’lim, da’i, aktifis organisasi keislaman, guru ngaji dan pengurus ta’mir masjid juga dimasukkan dalam kategori kyai, maka jumlahnya menjadi jauh lebih banyak lagi. Dengan demikian sesungguhnya Jember bukan saja daerah agamis dimana mayoritas penduduknya memeluk agama islam (97 %), tetapi juga merupakan daerah yang berbasis pondok pesantren yang dalam langgam historisnya telah melahirkan banyak sekali ulama karismatik yang tausiahnya menjadi panutan kuat bagi masyarakat, Bagi masyarakat Jember, doktrin hadits yang menyebutkan “lawlal ‘ulama’ lasoorunnaas kulluhum kalbahaaim” (Jika tidak ada ulama’ yang membimbing umat manusia, niscaya prilaku manusia akan seperti binatang) betul-betul dipegang secara kuat, sehingga figur kiai bagi mereka bukan sekedar leader , tetapi juga  centra rujukan dalam  segala hal. Kenyataan ini memposisikan pengembangan wisata religi, baik wisata ziarah maupun wisata dzikir menjadi keniscayaan sebagai balance atas berkembangnya wisata fisik oriented.
Pengembangan orientasi wisata yang tidak seimbang,  akan menyebabkan kekosongan pada aspek yang lain, dan hal tersebut akan menyeret manusia pada pelbagai kegelisahan psikologis, syndrom aleinasi dan kecemasan yang tak kunjung usai. Perkembangan daya nalar yang tidak seimbang dengan daya spiritual hanya melahirkan manusia yang split personality. Krisis kemanusiaan banyak diakibatkan oleh krisis spiritual dan pandangan hidup yang tidak mempercayai dimensi metafisis, karena itu wisata religi dituntut untuk dapat membuktikan  pentingnya peran keyakinan akan ketuhanan, sebab kehidupan manusia yang otentik adalah yang tetap dan menjaga terus “tali yang menghubungkan kemanusiaannya dengan nilai-nilai ketuhanan” tersebut.
Maka tidak heran, di barat sendiri dalam beberapa dekakde terakhir ini  jalan hidup sufi mengalami kebangkitan yang luar biasa, hasil riset Chisthi menemukan bahwa di barat tatkala kemajuan IPTEK kian dipacu, justru semakin bermunculan tarekat-tarekat sufi, terutama di kawasan Manhattan seperti tarekat bookstore, halvatiye Jarrahi dan semacamnya, bahkan di New york tarekat Silmani yang dipelopori Javad Nourbakhsh, dengan aktif menerbitkan karya-karya sufistik kedalam berbagai bahasa, semua itu menandakan bahwa sejumlah masyarakat di barat sendiri sudah muak dengan pola hidup hipokrit hedonis yang justru memperbesar munculnya kekacauan dihampir semua aspek kehidupan. Dalam suasana batin yang seperti ini wisata religi untuk merangsang daya religiusitas dan spiritualitas menjadi penting sebagai balance terhadap kecenderungan pola hidup serakah, materialistik dan hedonistik. 
2.    Apa saja manfaat pengembangan wisata religi bagi masyarakat dan pemkab Jember.
Terdapat banyak manfaat yang diperoleh masyarakat dan pemerintah dari pengembangan wisata religius, Manfaat dan keuntungan tersebut dapat terlihat dan dirasakan baik dari segi religiusitas, ekonomi (kesejahteraan), sosial budaya, politik (berbangsa dan bernegara), dan lingkungan hidup, diantaranya :
a.         Memperdalam etos dan pengalaman keagamaan.
b.    Memperluas semangat silaturahmi, pengembangan jaringan dan ukuwah. Memelihara hubungan baik dan terjadi pula kontak-kontak langsung yang akan menumbuhkan saling pengertian terhadap perbedaan, dan akan menumbuhkan inspirasi untuk selalu mengadakan pendekatan dan saling menghormati.
c.         Mengubah status sosial masyarakat yang tadinya pengangguran menjadi tidak pengangguran lagi (punya pkerjaan).
d.  Meningkatnya pendidikan bagi masyarakat. Adanya pekerjaan bagi masyarakat, berarti menambah penghasilan orang tua, dengan demikian anak-anaknya dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
e.         Bisa menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas lagi bagi masyarakat sekitar.Masyarakat yang dikunjungi akan banyak belajar dari wisatawan yang berkunjung, demikian pula dengan yang datang berkunjung akan banyak belajar dari kunjungannya dengan cara melihat, mendengar, dan merasakan segala sesuatu yang dijumpai selama dalam perjalanannya. Dengan demikian, pengembangan wisata religi merupakan salah satu cara untuk menambah pengetahuan dan pengalaman.
f.         Membuka peluang usaha dan lapangan kerja, yang tadinya tidak punya usaha akhirnya memiliki usaha sendiri seperti : seperti usaha akomodasi, restoran, rumah makan, biro perjalanan, toko cenderamata, sanggar-sanggar kerajinan dan seni, pramuwisata, pusat perbelanjaan, warung makan, toko air meneral, rokok, toko souvenir, menyewakan kamar mandi, parkir, pemandu wisata dan menyerap tenaga kerja dan sebagainya
g.        Dengan terbukanya peluang usaha tentunya akan membawa pengaruh terhadap pendapatan masyarakat sekitar yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan juga untuk kegiatan sosial dalam masyarakat. Meskipun penghasilan yang didapat tidak begitu besar tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. dengan adanya pewisata religi memberikan kesempatan pekerjaan, terutama adanya rumah-rumah makan / warung makan, para penjual hasil bumi dan para pedagang asongan. Di samping itu muncul Home Stay (penginapan rumah penduduk untuk para peziarah) yang mungkin datangnya malam hari mereka menginap.
h.      Meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah : Wisatawan yang datang berkunjung akan mengeluarkan sebagian dari uangnya untuk keperluan selama di lokasi. Hal ini akan menambah pendapatan masyarakat setempat, seperti pembelian jasa-jasa dan barang lainnya. Disamping itu pemerintah setempatpun akan memperoleh pendapatan berupa pajak-pajak dari perusahaan dan sponsorship.
i.        Mendatangkan devisa dari penghasilan non migas. Investasi bidang pariwisata. Biaya promosi pariwisata dari sponshoship.
j.        Mendorong pembangunan daerah : Berkembangnya wisata religi di daerah akan mendorong pemerintah daerah dan masyarakat mempersiapkan dan membangun prasarana dan sarana yang diperlukan seperti pembangunan dan perbaikan jalan, instalasi air, instalasi listrik, pembenahan obyek dan daya tarik wisata, perbaikan lingkungan, pengkondisian masyarakat, penataan kelembagaan dan pengaturan, dan lain sebagainya. Selain itu juga akan mendorong investor untuk menanamkan modalnya dalam pembangunan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana akomodasi, usaha jasa biro perjalanan, restoran dan rumah makan serta lain-lain.
k.      Pelestarian Budaya Dan Adat Istiadat Salah satu sasaran wisatawan dalam melakukan perjalanan adalah untuk menikmati, mengagumi dan mempelajari kebudayaan, dan adat istiadat serta sejarah suatu daerah. Oleh karena itu seni dan budaya serta tata cara hidup yang unik dan khas perlu dipertahankan dan dikembangkan.
l.    Mengurangi Konflik Sosial. Terjadinya saling curiga antara suatu penduduk dengan penduduk lainnya, karena kurang saling mengenal, baik dalam soal adat istiadat, budaya sejarah, kebiasaan maupun perbedaan tingkat sosial. Saling berkunjung melalui wisata religi dapat mengurangi atau menghilangkan saling curiga dan kecemburuan sosial, karena terjadinya komunikasi dan saling mengenal satu sama lainnya. Saling berkunjung dan saling mengenal penduduk merupakan kunci mempererat persatuan dan kesatuan.
m.  Dengan lebih banyak mengenal kekayaan dan keindahan lokal, melalui kunjungan wisata religi akan menumbuhkan rasa memiliki, keinginan untuk memelihara dan mempertahankannya yang pada gilirannya tumbuh rasa cinta terhadap budaya lokal.
3.    Bagaimana kondisi wisata religi di kabupaten Jember saat ini.
Adalah fakta yang memperihatinkan, bahwa hingga kini potensi wisata religi di kabupaten Jember belum terkelola dengan baik, nampaknya potensi wisata religi tersebut belum mampu dilihat sebagai peluang yang prospek dan menjanjikan. Peran pemerintah daerah, swasta dan masyarakat belum optimal dalam upaya pengembangan wisata religi di Kabupaten Jember. Komitmen bersama untuk mengembangkan wisata sektor ini masih rendah, sehingga berbagai obyek wisata religi masih berjalan alamiyah, kurang terawat untuk tidak mengatakan terbengkalai. Sebagian besar kondisi lokasi wisata religi di Jember sangat sederhana, bahkan terkesan sama sekali tidak tersentuh penanganan dari pemerintah setempat. Hal itu dapat terlihat dari minimnya publikasi media,  papan petunjuk arah dan infra struktur.
Masalah utama adalah pengelolaan, pelayanan publik dan infrastruktur menyangkut aksesibilitas dan fasilitas, tidak adanya kerjasama dengan investor juga minimnya media promosi/informasi dan transportasi. Ini semua belum berkembang sesuai  dambaan. Lemahnya pengelolaan dan kurangnya perawatan fasilitas penunjang obyek wisata religi, keterbatasan sarana dan prasarana kerja pada dinas dan obyek wisata dan belum terdapatnya sistem promosi yang menarik, merupakan kendala utama pengembangan wisata religi di Kab Jember, disamping  masih kurangnya kuantitas dan spesialiasasi SDM pada dinas, Dalam mengelola potensi wisata tersebut diperlukan tenaga-tenaga khusus yang ahli dibidang kepariwisataan religi.
Wisata religi di kabupaten Jember masih minim promosi dan inovasi-inovasi yang diharapkan mampu menambah arus kunjungan wisatawan religi untuk datang berwisata religi ke Jember. Belum terdapatnya sistem promosi yang menarik seperti menggunakan spanduk, baliho atau media promosi yang lain menyebabkan wisata religi di Jember belum dikenal di masyarakat luas. Kurangnya promosi dan inovasi wisata religi di kabupaten Jember disebabkan belum ditempatkannya wisata jenis ini sebagai salah satu prioritas pembangunan dari pemerintah daerah sehingga dana yang dianggarkan masih belum mencukupi untuk mengembangkan produk-produk wisata religi yang akan dipromosikan.
4.    Bagaimana kesiapan pemkab Jember untuk mengembangkan wisata religi.

Diperlukan minimal dua hal bagi pemerintah kabupaten Jember untk memiliki political will dalam mengembangkan wisata religi. Pertama, peta potensi yang jelas dan komperhenship mengenai tentang potensi wisata religi di kabupaten Jember, Kedua, fakta yang meyakinkan bahwa potensi wisata religi di kabupaten jember memang betul-betul nyata dan prospek adanya. Dengan dua hal ini akan mendorong pemkab Jember tidak ragu menempatkan pengembangan wisata jenis ini sebagai salah satu prioritas pembangunan pemerintah kabupaten jember. Penelitian dan kajian ini merupakan salah satu ikhtiar menyediakan dua hal dimaksud #

Tidak ada komentar:

Posting Komentar