Hefni Zain
Secara umum kajian ini difokuskan pada empat hal, pertama,
Mengapa perlu
pengembangan wisata religi di kabupaten Jember, kedua, Apa dan bagaimana
manfaat pengembangan wisata religi bagi
masyarakat dan pemkab Jember, ketiga, Bagaimana kondisi wisata religi di
kabupaten Jember saat ini, dan keempat, Bagaimana kesiapan pemkab Jember
untuk mengembangkan wisata religi.
1.
Mengapa perlu pengembangan wisata
religi di kabupaten Jember ?
a.
Sebagai respon terhadap UU.No.32 tahun 2004 tentang
otoda.
Perubahan paradigma pembangunan dari sentralisasi menuju
desentralisasi sebagaimnana tertuang dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang otoda,
memberi kewenangan yang luas kepada daerah, kabupaten/kota (termasuk Jember)
untuk menggali, mengeksplorasi, mengembangkan dan mengelola berbagai potensi
yang dimilikinya sebagai modal pembangunan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat tanpa harus bergantung pada pemerintah pusat. Salah satu sektor strategis untuk dikembangkan adalah parawisata, yakni sektor
potensial yang dapat mendatangkan devisa dari penghasilan non migas dan dapat
memberikan efek kontributif terhadap bidang-bidang lainnya, seperti
menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan
masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian local culture dan
national culture dan pelestarian
lingkungan hidup.
b.
Optimalisasi pendayagunaan potensi untuk
kesehteraan masyarakat.
Sebagai kawasan yang dianugerahi keindahan alam, kaya
keunikan seni dan budaya lokal serta tata kehidupan masyarakatnya, kabupaten
Jember memiliki potensi wisata yang tergolong lengkap, mulai wisata alam,
wisata bahari, wisata budaya, wisata sejarah, wisata pendidikan sampai wisata
religi. Berbagai kekayaan ini
musti dikembangkan
dan dikelola secara optimal agar berpotensi menjadi kawasan tujuan wisata baik regional maupun
mancanegara, Lebih-lebih
secara geografis, kabupaten Jember berlokasi di jalur tengah dan berbatasan langsung dengan beberapa kabupaten lain yang menjadikan
kabupaten Jember sebagai daerah transit yang strategis sebagai kawasan tujuan
wisata.
Namun, berbagai
potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan dan dikelola secara optimal
sebagai objek wisata yang ideal, terutama sektor wisata religi. Padahal
diantara distingsi dan exilence yang
membedakan kabupaten Jember dengan lainnya, selain keramahan masyarakatnya dan
keindahan alamnya, yang tak kalah penting adalah keunikan budayanya yang
religius paternalisitik, dimana kepatuhan pada sosok kyai tidak saja
dilakukan saat kyai tersebut masih hidup, walau mereka telah wafat ratusan
tahun, masyarakat tetap menaruh hormat. Budaya yang unik ini membuat wisata
ziarah dan wisata majelis dzkir senantiasa eksis di wilayah kabupaten Jember.
Pada momen-momen tertentu terdapat banyak peziarah pada
makam Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid Tanggul, Mbah Siddiq Condro, Mbah Nur Kemuning Lor, KH Ali Wafa
Tempurejo, KH Misrai Ledok Ombo, KH
Hafidz Nogosari, KH Chotib Curah Kates
dan KH Umar Sumber Bringin. Disampng itu, terdapat wisata majeleis dzikir yang
setiap bulan dikunjungi banyak umat dari berbagai kalangan, misalnya; dzikir
Manaqib di pesantren Al-Qodiri Gebang, dzikir Sholawat musawa di pesantren Al-Amin
Ambulu, dzikir sholawat At-Taubah di Tanggul, dzikir sholawat Ghafilin di
pesantren Astra dan dzikir Hizb Nasor di pesantren An-Nuriyah.
Bahkan dzikir Manaqib di pesantren Al-Qodiri yang digelar
setiap malam Jum’at legi selalu dibanjiri ribuan umat dari berbagai daerah dan
kalangan, dalam dan luar negeri. Menurut data pengurus pesantren Al-Qodiri, hampir 80 % menteri dari
kabinet Indonesia bersatu jilid satu dan dua pernah mengikuti dzikir di
pesantren Al-Qodiri Jember, termasuk tokoh-tokoh nasional seperti ketua DPR RI,
Ketua MA, ketua MK, Kapolri, dan pejabat tinggi negara lainnya, bahkan presiden
Susilo Bambang Yudoyono tercatat dua kali menghadiri acara dimaksud.
Realitas empiris
ini merupakan indikator nyata dari besarnya potensi wisata religi di kabupaten
Jember, baik wisata ziarah maupun wisata majelis dzikir. Dan jika potensi ini
dieksplorasi, dikelola dan mendapat polesan publikasi media, bukan tidak
mungkin dapat menambah daya tarik tersendiri bagi wisatawan religi dan
wisatawan minat khusus untuk berkunjung ke Jember, sehingga berdampak positif pada sektor-sektor lainnya, seperti
peningkatan pengetahuan dan pengalaman keagamaan, peningkatan kesejahteraan
hidup masyarakat, peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat.
c.
Sebagai upaya penanaman pola hidup seimbang.
Kabupaten Jember dikenal sebagai
kota santri yang religius, saat ini memiliki 896 pesantren dan 25.271 kyai /ustadz, sebuah jumlah yang jauh lebih banyak dari jumlah desa dan
kelurahannya (yakni 225 desa dan 22 kelurahan), Bahkan jika semua pengasuh
majelis ta’lim, da’i, aktifis organisasi keislaman, guru ngaji dan pengurus
ta’mir masjid juga dimasukkan dalam kategori kyai, maka jumlahnya menjadi jauh
lebih banyak lagi. Dengan demikian sesungguhnya Jember bukan saja daerah
agamis dimana mayoritas penduduknya memeluk agama islam (97 %), tetapi juga
merupakan daerah yang berbasis pondok pesantren yang dalam langgam historisnya
telah melahirkan banyak sekali ulama
karismatik yang tausiahnya menjadi
panutan kuat bagi masyarakat, Bagi masyarakat Jember, doktrin hadits
yang menyebutkan “lawlal ‘ulama’ lasoorunnaas kulluhum kalbahaaim” (Jika
tidak ada ulama’ yang membimbing umat manusia, niscaya prilaku manusia akan
seperti binatang) betul-betul dipegang secara kuat, sehingga figur kiai bagi
mereka bukan sekedar leader , tetapi juga centra rujukan dalam segala hal. Kenyataan ini memposisikan
pengembangan wisata religi, baik wisata ziarah maupun wisata dzikir menjadi
keniscayaan sebagai balance atas berkembangnya wisata fisik oriented.
Pengembangan orientasi wisata yang tidak seimbang, akan menyebabkan kekosongan pada aspek yang
lain, dan hal tersebut akan menyeret manusia pada pelbagai kegelisahan
psikologis, syndrom aleinasi dan kecemasan yang tak kunjung usai. Perkembangan
daya nalar yang tidak seimbang dengan daya spiritual hanya melahirkan manusia
yang split personality. Krisis kemanusiaan banyak diakibatkan oleh
krisis spiritual dan pandangan hidup yang tidak mempercayai dimensi metafisis,
karena itu wisata religi dituntut untuk dapat membuktikan pentingnya peran keyakinan akan ketuhanan,
sebab kehidupan manusia yang otentik adalah yang tetap dan menjaga terus “tali
yang menghubungkan kemanusiaannya dengan nilai-nilai ketuhanan” tersebut.
Maka tidak heran, di barat sendiri dalam beberapa dekakde
terakhir ini jalan hidup sufi mengalami
kebangkitan yang luar biasa, hasil riset Chisthi menemukan bahwa di barat
tatkala kemajuan IPTEK kian dipacu, justru semakin bermunculan tarekat-tarekat
sufi, terutama di kawasan Manhattan seperti tarekat bookstore, halvatiye
Jarrahi dan semacamnya, bahkan di New york tarekat Silmani yang dipelopori
Javad Nourbakhsh, dengan aktif menerbitkan karya-karya sufistik kedalam
berbagai bahasa, semua itu menandakan bahwa sejumlah masyarakat di barat
sendiri sudah muak dengan pola hidup hipokrit hedonis yang justru memperbesar
munculnya kekacauan dihampir semua aspek kehidupan. Dalam suasana batin yang
seperti ini wisata religi untuk merangsang daya religiusitas dan spiritualitas
menjadi penting sebagai balance terhadap
kecenderungan pola hidup serakah, materialistik dan hedonistik.
2.
Apa saja manfaat pengembangan
wisata religi bagi masyarakat dan pemkab Jember.
Terdapat banyak manfaat yang diperoleh masyarakat dan
pemerintah dari pengembangan wisata religius, Manfaat dan keuntungan tersebut dapat terlihat dan
dirasakan baik dari segi religiusitas, ekonomi (kesejahteraan), sosial budaya,
politik (berbangsa dan bernegara), dan lingkungan hidup, diantaranya :
a.
Memperdalam etos dan pengalaman keagamaan.
b. Memperluas semangat silaturahmi, pengembangan
jaringan dan ukuwah. Memelihara hubungan baik dan terjadi pula kontak-kontak
langsung yang akan menumbuhkan saling pengertian terhadap perbedaan, dan akan
menumbuhkan inspirasi untuk selalu mengadakan pendekatan dan saling
menghormati.
c.
Mengubah status
sosial masyarakat yang tadinya pengangguran menjadi tidak pengangguran lagi
(punya pkerjaan).
d. Meningkatnya pendidikan bagi masyarakat. Adanya pekerjaan bagi
masyarakat, berarti menambah penghasilan orang tua, dengan demikian
anak-anaknya dapat melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
e.
Bisa menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas lagi bagi
masyarakat sekitar.Masyarakat yang dikunjungi akan banyak belajar dari
wisatawan yang berkunjung, demikian pula dengan yang datang berkunjung akan
banyak belajar dari kunjungannya dengan cara melihat, mendengar, dan merasakan
segala sesuatu yang dijumpai selama dalam perjalanannya. Dengan demikian,
pengembangan wisata religi merupakan salah satu cara untuk menambah pengetahuan
dan pengalaman.
f.
Membuka peluang usaha dan lapangan kerja, yang tadinya tidak punya usaha
akhirnya memiliki usaha sendiri seperti : seperti usaha akomodasi, restoran, rumah makan,
biro perjalanan, toko cenderamata, sanggar-sanggar kerajinan dan seni,
pramuwisata, pusat perbelanjaan, warung makan, toko air meneral, rokok, toko souvenir, menyewakan kamar
mandi, parkir, pemandu wisata dan menyerap tenaga kerja dan sebagainya
g.
Dengan terbukanya peluang usaha tentunya akan membawa pengaruh terhadap
pendapatan masyarakat sekitar yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari dan juga untuk kegiatan sosial dalam masyarakat. Meskipun
penghasilan yang didapat tidak begitu besar tetapi cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. dengan adanya pewisata religi memberikan
kesempatan pekerjaan, terutama adanya rumah-rumah makan / warung makan, para
penjual hasil bumi dan para pedagang asongan. Di
samping itu muncul Home
Stay (penginapan rumah penduduk untuk para peziarah) yang mungkin
datangnya malam hari mereka menginap.
h.
Meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah : Wisatawan
yang datang berkunjung akan mengeluarkan sebagian dari uangnya untuk keperluan
selama di lokasi. Hal ini akan menambah pendapatan masyarakat setempat, seperti
pembelian jasa-jasa dan barang lainnya. Disamping itu pemerintah setempatpun
akan memperoleh pendapatan berupa pajak-pajak dari perusahaan dan sponsorship.
i.
Mendatangkan devisa dari penghasilan non migas. Investasi bidang pariwisata. Biaya
promosi pariwisata dari sponshoship.
j.
Mendorong pembangunan daerah : Berkembangnya
wisata religi di daerah akan mendorong pemerintah daerah dan masyarakat
mempersiapkan dan membangun prasarana dan sarana yang diperlukan seperti
pembangunan dan perbaikan jalan, instalasi air, instalasi listrik, pembenahan
obyek dan daya tarik wisata, perbaikan lingkungan, pengkondisian masyarakat,
penataan kelembagaan dan pengaturan, dan lain sebagainya. Selain itu juga akan
mendorong investor untuk menanamkan modalnya dalam pembangunan obyek dan daya
tarik wisata, usaha sarana akomodasi, usaha jasa biro perjalanan, restoran dan
rumah makan serta lain-lain.
k. Pelestarian Budaya Dan
Adat Istiadat Salah satu sasaran wisatawan dalam melakukan perjalanan adalah
untuk menikmati, mengagumi dan mempelajari kebudayaan, dan adat istiadat serta sejarah suatu
daerah. Oleh karena itu seni dan budaya serta tata cara hidup yang unik dan
khas perlu dipertahankan dan dikembangkan.
l. Mengurangi Konflik Sosial. Terjadinya saling curiga
antara suatu penduduk dengan penduduk lainnya, karena kurang saling mengenal,
baik dalam soal adat istiadat, budaya sejarah, kebiasaan maupun perbedaan tingkat
sosial. Saling berkunjung melalui wisata religi dapat mengurangi atau
menghilangkan saling curiga dan kecemburuan sosial, karena terjadinya
komunikasi dan saling mengenal satu sama lainnya. Saling berkunjung dan saling
mengenal penduduk merupakan kunci mempererat persatuan dan kesatuan.
m. Dengan lebih banyak mengenal kekayaan dan keindahan
lokal, melalui kunjungan wisata religi akan menumbuhkan rasa memiliki,
keinginan untuk memelihara dan mempertahankannya yang pada gilirannya tumbuh
rasa cinta terhadap budaya lokal.
3.
Bagaimana kondisi wisata religi
di kabupaten Jember saat ini.
Adalah fakta yang memperihatinkan, bahwa hingga kini potensi wisata
religi di kabupaten Jember belum terkelola dengan baik, nampaknya potensi
wisata religi tersebut belum mampu dilihat sebagai peluang yang prospek dan
menjanjikan. Peran pemerintah daerah, swasta dan masyarakat belum optimal dalam
upaya pengembangan wisata religi di Kabupaten Jember. Komitmen bersama untuk
mengembangkan wisata sektor ini masih rendah, sehingga berbagai obyek wisata religi
masih berjalan alamiyah, kurang terawat untuk tidak mengatakan terbengkalai. Sebagian
besar kondisi lokasi wisata religi di Jember sangat sederhana, bahkan terkesan
sama sekali tidak tersentuh penanganan dari pemerintah setempat. Hal itu dapat
terlihat dari minimnya publikasi media,
papan petunjuk arah dan infra struktur.
Masalah utama adalah pengelolaan, pelayanan publik dan
infrastruktur menyangkut aksesibilitas dan fasilitas, tidak adanya kerjasama
dengan investor juga minimnya media promosi/informasi dan transportasi. Ini
semua belum berkembang sesuai dambaan.
Lemahnya pengelolaan dan kurangnya perawatan fasilitas penunjang obyek wisata
religi, keterbatasan sarana dan prasarana kerja pada dinas dan obyek wisata dan
belum terdapatnya sistem promosi yang menarik, merupakan kendala utama
pengembangan wisata religi di Kab Jember, disamping masih kurangnya kuantitas dan spesialiasasi
SDM pada dinas, Dalam mengelola potensi wisata tersebut diperlukan
tenaga-tenaga khusus yang ahli dibidang kepariwisataan religi.
Wisata religi di kabupaten Jember masih minim promosi dan
inovasi-inovasi yang diharapkan mampu menambah arus kunjungan wisatawan religi
untuk datang berwisata religi ke Jember. Belum terdapatnya sistem promosi yang
menarik seperti menggunakan spanduk, baliho atau media promosi yang lain
menyebabkan wisata religi di Jember belum dikenal di masyarakat luas. Kurangnya
promosi dan inovasi wisata religi di kabupaten Jember disebabkan belum
ditempatkannya wisata jenis ini sebagai salah satu prioritas pembangunan dari
pemerintah daerah sehingga dana yang dianggarkan masih belum mencukupi untuk
mengembangkan produk-produk wisata religi yang akan dipromosikan.
4.
Bagaimana kesiapan pemkab Jember
untuk mengembangkan wisata religi.
Diperlukan minimal dua hal bagi pemerintah kabupaten
Jember untk memiliki political will dalam mengembangkan wisata religi. Pertama,
peta potensi yang jelas dan komperhenship mengenai tentang potensi wisata
religi di kabupaten Jember, Kedua, fakta yang meyakinkan bahwa potensi
wisata religi di kabupaten jember memang betul-betul nyata dan prospek adanya. Dengan
dua hal ini akan mendorong pemkab Jember tidak ragu menempatkan pengembangan wisata jenis ini
sebagai salah satu prioritas pembangunan pemerintah kabupaten jember. Penelitian dan kajian ini merupakan
salah satu ikhtiar menyediakan dua hal dimaksud #